tag:blogger.com,1999:blog-21436488741018417212024-03-13T22:50:28.724-07:00NIKAHUnknownnoreply@blogger.comBlogger37125tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-1704264729242665132010-12-28T15:24:00.000-08:002010-12-28T15:26:14.145-08:00APA HUKUM MENIKAH DENGAN LELAKI YANG DI OPERASI MENJADI WANITA.??Ibnu ‘Abbas<br />radhiallahu ‘anhuma<br />berkata:<br />“ Rasulullah Shallallahu<br />‘alaihi wa sallam<br />melaknat laki-laki yang<br />menyerupai wanita dan<br />wanita yang menyerupai<br />laki-laki. ” (HR. Al-Bukhari<br />no. 5885, 6834)<br />Ath-Thabari rahimahullah<br />memaknai sabda Nabi<br />Shallallahu ‘alaihi wa<br />sallam di atas dengan<br />ucapan: “Tidak boleh<br />laki-laki menyerupai<br />wanita dalam hal pakaian<br />dan perhiasan yang<br />khusus bagi wanita. Dan<br />tidak boleh pula<br />sebaliknya (wanita<br />menyerupai laki-laki).”<br />Al-Hafidz Ibnu Hajar<br />rahimahullah<br />menambahkan:<br />“ Demikian pula meniru<br />cara bicara dan berjalan.<br />Adapun dalam<br />penampilan/ bentuk<br />pakaian maka ini<br />berbeda-beda dengan<br />adanya perbedaan adat<br />kebiasaan pada setiap<br />negeri. Karena terkadang<br />suatu kaum tidak<br />membedakan model<br />pakaian laki-laki dengan<br />model pakaian wanita<br />(sama saja), akan tetapi<br />untuk wanita ditambah<br />dengan hijab. Pencelaan<br />terhadap laki-laki atau<br />wanita yang menyerupai<br />lawan jenisnya dalam<br />berbicara dan berjalan<br />ini, khusus bagi yang<br />sengaja. Sementara bila<br />hal itu merupakan asal<br />penciptaannya maka ia<br />diperintahkan untuk<br />memaksa dirinya agar<br />meninggalkan hal<br />tersebut secara<br />berangsur-angsur. Bila<br />hal ini tidak ia lakukan<br />bahkan ia terus<br />tasyabbuh dengan lawan<br />jenis, maka ia masuk<br />dalam celaan, terlebih<br />lagi bila tampak pada<br />dirinya perkara yang<br />menunjukkan ia ridla<br />dengan keadaannya yang<br />demikian. ” Al-Hafidz<br />rahimahullah<br />mengomentari pendapat<br />Al-Imam An-Nawawi<br />rahimahullah yang<br />menyatakan mukhannats<br />yang memang tabiat/ asal<br />penciptaannya demikian,<br />maka celaan tidak<br />ditujukan terhadapnya,<br />maka kata Al-Hafidz<br />rahimahullah, hal ini<br />ditujukan kepada<br />mukhannats yang tidak<br />mampu lagi<br />meninggalkan sikap<br />kewanita-wanitaannya<br />dalam berjalan dan<br />berbicara setelah ia<br />berusaha menyembuhkan<br />kelainannya tersebut dan<br />berupaya<br />meninggalkannya. Namun<br />bila memungkinkan<br />baginya untuk<br />meninggalkan sifat<br />tersebut walaupun secara<br />berangsur-angsur, tapi ia<br />memang enggan untuk<br />meninggalkannya tanpa<br />ada udzur, maka ia<br />terkena celaan.” (Fathul<br />Bari, 10/345)<br />Al-Imam An-Nawawi<br />rahimahullah memang<br />menyatakan: “Ulama<br />berkata, mukhannats itu<br />ada dua macam.<br />Pertama: hal itu memang<br />sifat asal/ pembawaannya<br />bukan ia bersengaja lagi<br />memberat-beratkan<br />dirinya untuk bertabiat<br />dengan tabiat wanita,<br />bersengaja memakai<br />pakaian wanita,<br />berbicara seperti wanita<br />serta melakukan gerak-<br />gerik wanita. Namun hal<br />itu merupakan<br />pembawaannya yang<br />Allah Subhanahu wa<br />Ta ’ala memang<br />menciptakannya seperti<br />itu. Mukhannats yang<br />seperti ini tidaklah dicela<br />dan dicerca bahkan tidak<br />ada dosa serta hukuman<br />baginya karena ia diberi<br />udzur disebabkan hal itu<br />bukan kesengajaannya.<br />Karena itulah Nabi<br />Shallallahu ‘alaihi wa<br />sallam pada awalnya<br />tidak mengingkari<br />masuknya mukhannats<br />menemui para wanita<br />dan tidak pula<br />mengingkari sifatnya<br />yang memang asal<br />penciptaan/<br />pembawaannya demikian.<br />Yang beliau ingkari<br />setelah itu hanyalah<br />karena mukhannats ini<br />ternyata mengetahui<br />sifat-sifat wanita<br />(gambaran lekuk-lekuk<br />tubuh wanita) dan beliau<br />tidak mengingkari sifat<br />pembawaannya serta<br />keberadaannya sebagai<br />mukhannats.<br />Kedua: mukhannats yang<br />sifat kewanita-<br />wanitaannya bukan asal<br />penciptaannya bahkan ia<br />menjadikan dirinya<br />seperti wanita, mengikuti<br />gerak-gerik dan<br />penampilan wanita<br />seperti berbicara seperti<br />mereka dan berpakaian<br />dengan pakaian mereka.<br />Mukhannats seperti<br />inilah yang tercela di<br />mana disebutkan laknat<br />terhadap mereka di<br />dalam hadits-hadits yang<br />shahih.<br />Adapun mukhannats jenis<br />pertama tidaklah<br />terlaknat karena<br />seandainya ia terlaknat<br />niscaya Rasulullah<br />Shallallahu ‘alaihi wa<br />sallam tidak<br />membiarkannya pada kali<br />yang pertama, wallahu<br />a ’lam.” (Syarah Shahih<br />Muslim, 14/164)<br />Namun seperti yang<br />dikatakan Al-Hafidz<br />rahimahullah,<br />mukhannats jenis<br />pertama tidaklah masuk<br />dalam celaan dan laknat,<br />apabila ia telah berusaha<br />meninggalkan sifat<br />kewanita-wanitaannya<br />dan tidak menyengaja<br />untuk terus membiarkan<br />sifat itu ada pada dirinya.<br />Dalam Sunan Abu Dawud<br />dibawakan hadits dari<br />Abu Hurairah radhiallahu<br />‘ anhu, ia berkata:<br />“Rasulullah Shallallahu<br />‘alaihi wa sallam<br />melaknat laki-laki yang<br />memakai pakaian wanita<br />dan wanita yang<br />memakai pakaian laki-<br />laki. ” (HR. Abu Dawud no.<br />3575. Asy-Syaikh Muqbil<br />rahimahullah berkata:<br />Hadits ini hasan dengan<br />syarat Muslim).<br />Asy-Syaikh Muqbil<br />rahimahullah dalam kitab<br />Al-Jami’ush Shahih (3/92)<br />menempatkan hadits ini<br />dalam kitab An-Nikah<br />wath Thalaq, bab<br />Tahrimu Tasyabbuhin<br />Nisa ’ bir Rijal (Haramnya<br />Wanita Menyerupai Laki-<br />Laki), dan beliau<br />membawakannya kembali<br />dalam kitab Al-Libas, bab<br />Tahrimu Tasyabbuhir Rijal<br />bin Nisa ’ wa Tasyabbuhin<br />Nisa’ bir Rijal (Haramnya<br />Laki-Laki Menyerupai<br />Wanita dan Wanita<br />Menyerupai Laki-Laki)<br />(4/314).<br />Dalam masalah laki-laki<br />menyerupai wanita ini,<br />Al-Imam An-Nawawi<br />rahimahullah<br />mengatakan: “Allah<br />Subhanahu wa Ta’ala<br />menciptakan laki-laki dan<br />perempuan di mana<br />masing-masingnya Dia<br />berikan keistimewaan.<br />Laki-laki berbeda dengan<br />wanita dalam penciptaan,<br />watak, kekuatan, agama<br />dan selainnya. Wanita<br />demikian pula berbeda<br />dengan laki-laki. Siapa<br />yang berusaha<br />menjadikan laki-laki<br />seperti wanita atau<br />wanita seperti laki-laki,<br />berarti ia telah<br />menentang Allah dalam<br />qudrah dan syariat-Nya,<br />karena Allah Subhanahu<br />wa Ta’ala memiliki<br />hikmah dalam apa yang<br />diciptakan dan<br />disyariatkan-Nya. Karena<br />inilah terdapat nash-nash<br />yang berisi ancaman<br />keras berupa laknat,<br />yang berarti diusir dan<br />dijauhkan dari rahmat<br />Allah, bagi laki-laki yang<br />menyerupai (tasyabbuh)<br />dengan wanita atau<br />wanita yang tasyabbuh<br />dengan laki-laki. Maka<br />siapa di antara laki-laki<br />yang tasyabbuh dengan<br />wanita, berarti ia<br />terlaknat melalui lisan<br />Nabi Shallallahu ‘alaihi<br />wa sallam. Demikian pula<br />sebaliknya ….” (Syarah<br />Riyadhish Shalihin, 4/288)<br />08 September jam 19:39 · Suka ·<br />Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Dan hikmah<br />dilaknatnya laki-laki yang<br />tasyabbuh dengan wanita<br />dan sebaliknya, wanita<br />tasyabbuh dengan laki-<br />laki, adalah karena<br />mereka keluar/<br />menyimpang dari sifat<br />yang telah Allah<br />Subhanahu wa Ta ’ala<br />tetapkan untuk mereka.<br />(Fathul Bari, 10/345-346)<br />Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin<br />rahimahullah berkata:<br />“ Apabila seorang laki-laki<br />tasyabbuh dengan wanita<br />dalam berpakaian,<br />terlebih lagi bila pakaian<br />itu diharamkan seperti<br />sutera dan emas, atau ia<br />tasyabbuh dengan wanita<br />dalam berbicara sehingga<br />ia berbicara bukan<br />dengan gaya/ cara<br />seorang lelaki (bahkan)<br />seakan-akan yang<br />berbicara adalah seorang<br />wanita, atau ia tasyabbuh<br />dengan wanita dalam<br />cara berjalannya atau<br />perkara lainnya yang<br />merupakan kekhususan<br />wanita, maka laki-laki<br />seperti ini terlaknat<br />melalui lisan makhluk<br />termulia (Rasulullah<br />shallallahu ‘alaihi wa<br />sallam, pen.). Dan kita<br />pun melaknat orang yang<br />dilaknat oleh Rasulullah<br />Shallallahu ‘alaihi wa<br />sallam.” (Syarah<br />Riyadhish Shalihin, 4/288)<br />Perbuatan menyerupai<br />lawan jenis secara<br />sengaja haram hukumnya<br />dengan kesepakatan<br />yang ada (Fathul Bari,<br />9/406) dan termasuk dosa<br />besar, karena Syaikhul<br />Islam Ibnu Taimiyyah<br />rahimahullahu dan<br />selainnya mengatakan:<br />“ Dosa besar adalah<br />semua perbuatan maksiat<br />yang ditetapkan hukum<br />had-nya di dunia atau<br />diberikan ancaman di<br />akhirat. ” Syaikhul Islam<br />menambahkan: “Atau<br />disebutkan ancaman<br />berupa ditiadakannya<br />keimanan (bagi<br />pelakunya), laknat9, atau<br />semisalnya. ” (Mukhtashar<br />Kitab Al-Kabair, Al-Imam<br />Adz-Dzahabi, hal. 7)<br />Al-Imam Adz-Dzahabi<br />rahimahullahu<br />memasukkan perbuatan<br />ini sebagai salah satu<br />perbuatan dosa besar<br />dalam kitab beliau yang<br />masyhur Al-Kabair, hal.<br />145.<br />Adapun sanksi/hukuman<br />yang diberikan kepada<br />pelaku perbuatan ini<br />adalah sebagaimana<br />disebutkan dalam hadits<br />berikut:<br />“ Nabi Shallallahu ‘alaihi<br />wa sallam melaknat laki-<br />laki yang menyerupai<br />wanita (mukhannats) dan<br />wanita yang menyerupai<br />laki-laki (mutarajjilah10).<br />Dan beliau Shallallahu<br />‘alaihi wa sallam<br />bersabda: “Keluarkan<br />mereka (usir) dari rumah-<br />rumah kalian ”. Ibnu<br />Abbas berkata: “Maka<br />Nabi Shallallahu ‘alaihi<br />wa sallam pun<br />mengeluarkan Fulan<br />(seorang mukhannats)<br />dan Umar mengeluarkan<br />Fulanah (seorang<br />mutarajjilah). ” (HR. Al-<br />Bukhari no. 5886)<br />Hadits ini menunjukkan<br />disyariatkannya mengusir<br />setiap orang yang akan<br />menimbulkan gangguan<br />terhadap manusia dari<br />tempatnya sampai dia<br />mau kembali dengan<br />meninggalkan perbuatan<br />tersebut atau mau<br />bertaubat. (Fathul Bari,<br />10/347)<br />Mereka harus diusir dari<br />rumah-rumah dan daerah<br />kalian, kata Al-Qari.<br />(‘ Aunul Ma’bud, 13/189)<br />Al-Imam An-Nawawi<br />rahimahullahu<br />menyatakan: Ulama<br />berkata: “Dikeluarkan<br />dan diusirnya<br />mukhannats ada tiga<br />makna:<br />Salah satunya,<br />sebagaimana tersebut<br />dalam hadits yaitu<br />mukhannats ini disangka<br />termasuk laki-laki yang<br />tidak punya syahwat<br />terhadap wanita tapi<br />ternyata ia punya<br />syahwat namun<br />menyembunyikannya.<br />Kedua: ia<br />menggambarkan wanita,<br />keindahan-keindahan<br />mereka dan aurat<br />mereka di hadapan laki-<br />laki sementara Nabi<br />Shallallahu ‘alaihi wa<br />sallam telah melarang<br />seorang wanita<br />menggambarkan<br />keindahan wanita lain di<br />hadapan suaminya, lalu<br />bagaimana bila hal itu<br />dilakukan seorang lelaki<br />di hadapan lelaki?<br />Ketiga: tampak bagi<br />Rasulullah Shallallahu<br />‘ alaihi wa sallam dari<br />mukhannats ini bahwa<br />dia mencermati<br />(memperhatikan dengan<br />seksama) tubuh dan<br />aurat wanita dengan apa<br />yang tidak dicermati oleh<br />kebanyakan wanita.<br />Terlebih lagi disebutkan<br />dalam hadits selain<br />riwayat Muslim bahwa si<br />mukhannats ini<br />mensifatkan/<br />menggambarkan wanita<br />dengan detail sampai-<br />sampai ia<br />menggambarkan<br />kemaluan wanita dan<br />sekitarnya, wallahu<br />a’lam.” (Syarah Shahih<br />Muslim, 14/164)<br />Bila penyerupaan<br />tersebut belum sampai<br />pada tingkatan<br />perbuatan keji yang<br />besar seperti si<br />mukhannats berbuat<br />mesum (liwath/homoseks)<br />dengan sesama lelaki<br />sehingga lelaki itu<br />‘ mendatanginya’ pada<br />duburnya atau si<br />mutarajjilah berbuat<br />mesum (lesbi) dengan<br />sesama wanita sehingga<br />keduanya saling<br />menggosokkan<br />kemaluannya, maka<br />mereka hanya<br />mendapatkan laknat dan<br />diusir seperti yang<br />tersebut dalam hadits di<br />atas. Namun bila sampai<br />pada tingkatan demikian,<br />mereka tidak hanya<br />pantas mendapatkan<br />laknat tapi juga hukuman<br />yang setimpal11.<br />Rasulullah Shallallahu<br />‘alaihi wa sallam<br />memerintahkan untuk<br />mengeluarkan<br />mukhannats dari rumah-<br />rumah kaum muslimin<br />agar perbuatan<br />tasyabbuhnya (dengan<br />wanita) itu tidak<br />mengantarkannya untuk<br />melakukan perbuatan<br />yang mungkar tersebut<br />(melakukan homoseks)12.<br />Demikian dikatakan Ibnu<br />At-Tin rahimahullahu<br />seperti dinukil Al-Hafidz<br />Ibnu Hajar Al-Asqalani<br />rahimahullahu (Fathul<br />Bari, 10/345).<br />jadi nikahnya tak sah,<br />antara laki2 dengan laki2<br />yang merubah<br />kelaminnya. wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-45022008202818300512010-12-27T21:47:00.000-08:002010-12-27T21:49:16.229-08:00KAPAN SEORANG MUSLIMAH DI WAJIBKAN MEMAKAI JILBAB.??memakai jilbab apa harus<br />nunggu sampai hati<br />mantap? Saya sarankan<br />teman anda segera<br />memakainya. Alasannya,<br />ya karena jilbab itu wajib.<br />Dan teman anda sudah<br />yakin bahwa jilbab itu<br />wajib. Pelaksanaan suatu<br />(perintah) kew...ajiban<br />itu hubungannya dengan<br />mampu atau tidak.<br />Maksudnya, kalau kita<br />mampu ya harus<br />dilakukan. Tidak perlu<br />nunggu suasana hati,<br />sampai benar-benar<br />ikhlas/rela.<br />Secara logis bisa<br />disederhanakan begini:<br />Memakai jilbab dengan<br />ikhlas, maka akan<br />mendapat pahala<br />sekaligus terhindar dari<br />dosa.<br />Memakai saja tanpa hati<br />ikhlas, maka telah<br />terhindar dari dosa,<br />pahalanya belum.<br />Tidak memakainya, maka<br />mendapat dosa.<br />Nah, sekarang ya<br />dipaksa-paksakan sedikit<br />lah. Agar teman Anda<br />terhindar dari dosa.<br />Menurut Yusuf<br />Qaradhawi, di kalangan<br />ulama sudah ada<br />kesepakatan tentang<br />masalah aurat wanita<br />yang boleh ditampakkan.<br />Ketika membahas makna<br />Dan janganlah mereka<br />menampakkan<br />perhiasannya kecuali apa<br />yang biasa tampak<br />daripadanya(QS 24:31),<br />menurut Qaradhawi, para<br />ulama sudah sepakat<br />bahwa yang dimaksudkan<br />itu adalah muka dan<br />telapak tangan.<br />Imam Nawawi dalam al-<br />Majmu, menyatakan,<br />bahwa aurat wanita<br />adalah seluruh tubuhnya<br />kecuali wajah dan<br />telapak tangannya.<br />Diantara ulama mazhab<br />Syafii ada yang<br />berpendapat, telapak<br />kaki bukan aurat. Imam<br />Ahmad menyatakan,<br />aurat wanita adalah<br />seluruh tubuhnya kecuali<br />wajahnya saja.<br />Diantara ulama mazhab<br />Maliki ada yang<br />berpendapat, bahwa<br />wanita cantik wajib<br />menutup wajahnya,<br />sedangkan yang tidak<br />cantik hanya mustahab.<br />Qaradhawi menyatakan --<br />bahwa aurat wanita<br />adalah seluruh tubuh<br />kecuali wajah dan<br />telapak tangan adalah<br />pendapat Jamaah sahabat<br />dan tabi sebagaimana<br />yang tampak jelas pada<br />penafsiran mereka<br />terhadap ayat: apa yang<br />biasa tampak<br />daripadanya. (Dikutip<br />dari buku Fatwa-Fatwa<br />Kontemporer (, karya Dr.<br />Yusuf Qaradhawi, ).<br />Pendapat semacam ini<br />bukan hanya ada di<br />kalangan sunni. Di<br />kalangan ulama Syiah<br />juga ada kesimpulan,<br />bahwa apa yang biasa<br />tampak daripadanya<br />ialah wajah dan telapak<br />tangan dan perhiasan<br />yang ada di bagian wajah<br />dan telapak tangan.<br />Murtadha Muthahhari<br />menyimpulkan, dari sini<br />cukup jelas bahwa<br />menutup wajah dan dua<br />telapak tangan tidaklah<br />wajib bagi wanita,<br />bahkan tidak ada<br />larangan untuk<br />menampakkan perhiasan<br />yang terdapat pada<br />wajah dan dua telapak<br />tangan yang memang<br />sudah biasa dikenal,<br />seperti celak dan kutek<br />yang tidak pernah lepas<br />dari wanita (Lihat,<br />Murtadha Muthahhari,<br />Wanita dan Hijab .<br />Bahkan, dalam buku<br />Wawasan Al-Quran,<br />Quraish Shihab sendiri<br />sudah mengungkapkan,<br />bahwa para ulama besar,<br />seperti Said bin Jubair,<br />Atha, dan al-Auza<br />berpendapat bahwa yang<br />boleh dilihat hanya wajah<br />wanita, kedua telapak<br />tangan, dan busana yang<br />dipakainya. (hal. 175-176).<br />13 September jam 14:57 ·<br />Suka · Hapus<br />Ayun Sri Rezkiana<br />SubhanaALLAH.. makasih<br />pak :) baiklah.. sy akan<br />menyampaikan amanah<br />daari bapak ini ke teman<br />saya.. :)<br />tapi pak, dia sebenarnya<br />sdh pernah pakai jilbab,<br />tapi dia sudah<br />melepasnya. Jadi<br />bagaimana ? sebesar apa<br />dosa yang ditanggung<br />nya ?<br />makasihh sebelumnya :)<br />13 September jam 14:57 ·<br />Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam ari Abu Hurairah<br />radhiyallahu anhu, beliau<br />berkata bahwa Rasulullah<br />shallallahu alaihi wa<br />sallam bersabda,<br />"Ada dua golongan dari<br />penduduk neraka yang<br />belum pernah aku lihat:<br />[1] Suatu kaum yang<br />memiliki cambuk seperti<br />ekor sapi untuk memukul<br />manusia dan [2] para<br />wanita yang berpakaian<br />tapi telanjang,<br />berlenggak-lenggok,<br />kepala mereka seperti<br />punuk unta yang miring.<br />Wanita seperti itu tidak<br />akan masuk surga dan<br />tidak akan mencium<br />baunya, walaupun baunya<br />tercium selama<br />perjalanan sekian dan<br />sekian." (HR. Muslim no.<br />2128)<br />An Nawawi dalam Syarh<br />Muslim ketika<br />menjelaskan hadits di<br />atas mengatakan bahwa<br />ada beberapa makna<br />kasiyatun ariyatun.<br />Makna pertama: wanita<br />yang mendapat nikmat<br />Allah, namun enggan<br />bersyukur kepada-Nya.<br />Makna kedua: wanita<br />yang mengenakan<br />pakaian, namun kosong<br />dari amalan kebaikan dan<br />tidak mau<br />mengutamakan<br />akhiratnya serta enggan<br />melakukan ketaatan<br />kepada Allah.<br />Makna ketiga: wanita<br />yang menyingkap<br />sebagian anggota<br />tubuhnya, sengaja<br />menampakkan keindahan<br />tubuhnya. Inilah yang<br />dimaksud wanita yang<br />berpakaian tetapi<br />telanjang.<br />Makna keempat: wanita<br />yang memakai pakaian<br />tipis sehingga nampak<br />bagian dalam tubuhnya.<br />Wanita tersebut<br />berpakaian, namun<br />sebenarnya telanjang.<br />(Lihat Syarh Muslim,<br />9/240)<br />Pengertian yang<br />disampaikan An Nawawi<br />di atas, ada yang<br />bermakna konkrit dan<br />ada yang bermakna<br />maknawi (abstrak).<br />Begitu pula dijelaskan<br />oleh ulama lainnya<br />sebagai berikut.<br />Ibnu Abdil Barr<br />rahimahullah<br />mengatakan, "Makna<br />kasiyatun ariyatun adalah<br />para wanita yang<br />memakai pakaian yang<br />tipis yang<br />menggambarkan bentuk<br />tubuhnya, pakaian<br />tersebut belum menutupi<br />(anggota tubuh yang<br />wajib ditutupi dengan<br />sempurna). Mereka<br />memang berpakaian,<br />namun pada hakikatnya<br />mereka<br />telanjang." (Jilbab Al<br />Marah Muslimah, 125-126)<br />Al Munawi dalam Faidul<br />Qodir mengatakan<br />mengenai makna<br />kasiyatun ariyatun,<br />"Senyatanya memang<br />wanita tersebut<br />berpakaian, namun<br />sebenarnya dia telanjang.<br />Karena wanita tersebut<br />mengenakan pakaian<br />yang tipis sehingga dapat<br />menampakkan kulitnya.<br />Makna lainnya adalah dia<br />menampakkan<br />perhiasannya, namun<br />tidak mau mengenakan<br />pakaian takwa. Makna<br />lainnya adalah dia<br />mendapatkan nikmat,<br />namun enggan untuk<br />bersyukur pada Allah.<br />Makna lainnya lagi<br />adalah dia berpakaian,<br />namun kosong dari<br />amalan kebaikan. Makna<br />lainnya lagi adalah dia<br />menutup sebagian<br />badannya, namun dia<br />membuka sebagian<br />anggota tubuhnya (yang<br />wajib ditutupi) untuk<br />menampakkan keindahan<br />dirinya." (Faidul Qodir,<br />4/275)<br />Lihatlah ancaman Nabi<br />shallallahu alaihi wa<br />sallam. Memakaian<br />pakaian tetapi<br />sebenarnya telanjang,<br />dikatakan oleh beliau<br />shallallahu alaihi wa<br />sallam, "wanita seperti<br />itu tidak akan masuk<br />surga dan tidak akan<br />mencium baunya,<br />walaupun baunya tercium<br />selama perjalanan sekian<br />dan sekian."<br />Perhatikanlah saudariku,<br />ancaman ini bukanlah<br />ancaman biasa. Perkara<br />ini bukan perkara sepele.<br />Dosanya bukan hanya<br />dosa kecil. Lihatlah<br />ancaman Nabi shallallahu<br />alaihi wa sallam di atas.<br />Wanita seperti ini<br />dikatakan tidak akan<br />masuk surga dan bau<br />surga saja tidak akan<br />dicium. Tidakkah kita<br />takut dengan ancaman<br />seperti ini?<br />An Nawawi rahimahullah<br />menjelaskan maksud<br />sabda Nabi shallallahu<br />alaihi wa sallam: wanita<br />tersebut tidak akan<br />masuk surga. Inti dari<br />penjelasan beliau<br />rahimahullah:<br />Jika wanita tersebut<br />menghalalkan perbuatan<br />ini yang sebenarnya<br />haram dan dia pun sudah<br />mengetahui keharaman<br />hal ini, namun masih<br />menganggap halal untuk<br />membuka anggota<br />tubuhnya yang wajib<br />ditutup (atau<br />menghalalkan memakai<br />pakaian yang tipis), maka<br />wanita seperti ini kafir,<br />kekal dalam neraka dan<br />dia tidak akan masuk<br />surga selamanya.<br />Dapat kita maknakan<br />juga bahwa wanita<br />seperti ini tidak akan<br />masuk surga untuk<br />pertama kalinya. Jika<br />memang dia ahlu tauhid,<br />dia nantinya juga akan<br />masuk surga. Wallahu<br />Taala alam. (Lihat Syarh<br />Muslim, 9/240)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-17749826324805865842010-12-27T21:03:00.000-08:002010-12-27T21:04:44.598-08:00BOLEHKAH BERPACARAN.??Allah swt menjadikan<br />bahwa kaum laki-laki<br />membutuhkan<br />keberadaan kaum wanita<br />didalam kehidupannya<br />dan memberikan didalam<br />diri kaum laki-laki<br />kecenderungan kepada<br />kaum wanita begitu pula<br />sebaliknya.<br />Hal demikian bisa dilihat<br />dari ayat-ayat Allah swt<br />yang meminta setiap laki-<br />laki maupun perempuan<br />untuk menjaga<br />pandangannya dari<br />melihat aurat atau<br />sesuatu yang bisa<br />mengundang fitnah dari<br />diri lawan jenisnya.<br />Firman Allah swt ::<br />“ Katakanlah kepada<br />orang laki-laki yang<br />beriman: "Hendaklah<br />mereka menahan<br />pandanganya, dan<br />memelihara<br />kemaluannya; yang<br />demikian itu adalah lebih<br />Suci bagi mereka,<br />Sesungguhnya Allah Maha<br />mengetahui apa yang<br />mereka perbuat".<br />Katakanlah kepada<br />wanita yang beriman:<br />"Hendaklah mereka<br />menahan<br />pandangannya. ” (QS. An<br />Nuur : 30 – 31)<br />Tak syak lagi bahwa<br />adanya kecenderungan<br />atau perasaan suka<br />kepada lawan jenis ini<br />menjadikan kehidupan di<br />dunia ini terus<br />berlangsung hingga<br />bergenerasi dan berabad-<br />abad lamanya hingga<br />waktu yang telah Allah<br />tentukan.<br />Namun demikian islam<br />tidaklah melepaskan<br />kecenderungan, perasaan<br />suka kepada lawan<br />jenisnya dan cara<br />berhubungan diantara<br />mereka begitu saja<br />sekehendak mereka.<br />Islam memberikan<br />batasan dalam hubungan<br />antara seorang laki-laki<br />dengan perempuan yang<br />bukan mahramnya demi<br />mencegah terjadinya<br />kemudharatan diantara<br />mereka.<br />Islam tidak membolehkan<br />menumpahkan perasaan<br />suka diantara laki-laki<br />dan perempuan yang<br />bukan mahramnya atau<br />sebaliknya dengan cara<br />berpacaran dikarenakan<br />hal itu memberikan<br />peluang kepada setan<br />untuk membisikkan<br />kalimat-kalimat kotornya<br />kedalam diri mereka<br />yang kemudian bisa<br />membuka pintu-pintu<br />perzinahan. Firman Allah<br />swt :<br />Artinya : “Dan janganlah<br />kamu mendekati zina;<br />Sesungguhnya zina itu<br />adalah suatu perbuatan<br />yang keji. dan suatu jalan<br />yang buruk. ” (QS. Al<br />Israa : 32)<br />Pintu-pintu zina yang<br />tidak jarang muncul dari<br />perbuatan ini (baca :<br />pacaran) adalah<br />memandang lawan jenis<br />yang bukan mahramnya<br />dan tidak jarang disertai<br />dengan syahwat diantara<br />mereka berdua, saling<br />bersentuhan kulit bahkan<br />tidak jarang berakhir<br />dengan perzinahan.<br />tentang memandang<br />yang dilarang ini yaitu :<br />“ Memandang<br />(berpandangan) lalu<br />tersenyum, lantas<br />mengucapkan salam, lalu<br />bercakap-cakap,<br />kemudian berjanji dan<br />akhirnya bertemu. ”<br />15 September jam 15:44 ·<br />Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Dalam Islam,<br />hubungan antara pria dan<br />wanita dibagi menjadi<br />dua, yaitu hubungan<br />mahram dan hubungan<br />nonmahram. Hubungan<br />mahram adalah seperti<br />yang disebutkan dalam<br />Surah An-Nisa 23, yaitu<br />mahram seorang laki-laki<br />(atau wanita yang tidak<br />boleh dikawin oleh laki-<br />laki) adalah ibu<br />(termasuk nenek),<br />saudara perempuan (baik<br />sekandung ataupun<br />sebapak), bibi (dari bapak<br />ataupun ibu), keponakan<br />(dari saudara sekandung<br />atau sebapak), anak<br />perempuan (baik itu asli<br />ataupun tiri dan<br />termasuk di dalamnya<br />cucu), ibu susu, saudara<br />sesusuan, ibu mertua, dan<br />menantu perempuan.<br />Maka, yang tidak<br />termasuk mahram adalah<br />sepupu, istri paman, dan<br />semua wanita yang tidak<br />disebutkan dalam ayat di<br />atas.<br />Uturan untuk mahram<br />sudah jelas, yaitu seorang<br />laki-laki boleh<br />berkhalwat (berdua-<br />duaan) dengan<br />mahramnya, semisal<br />bapak dengan putrinya,<br />kakak laki-laki dengan<br />adiknya yang perempuan,<br />dan seterusnya. Demikian<br />pula, dibolehkan bagi<br />mahramnya untuk tidak<br />berhijab di mana seorang<br />laki-laki boleh melihat<br />langsung perempuan<br />yang terhitung<br />mahramnya tanpa hijab<br />ataupun tanpa jilbab<br />(tetapi bukan auratnya),<br />semisal bapak melihat<br />rambut putrinya, atau<br />seorang kakak laki-laki<br />melihat wajah adiknya<br />yang perempuan. Aturan<br />yang lain yaitu<br />perempuan boleh<br />berpergian jauh/safar<br />lebih dari tiga hari jika<br />ditemani oleh laki-laki<br />yang terhitung<br />mahramnya, misalnya<br />kakak laki-laki<br />mengantar adiknya yang<br />perempuan tour keliling<br />dunia. Aturan yang lain<br />bahwa seorang laki-laki<br />boleh menjadi wali bagi<br />perempuan yang<br />terhitung mahramnya,<br />semisal seorang laki-laki<br />yang menjadi wali bagi<br />bibinya dalam<br />pernikahan.<br />Hubungan yang kedua<br />adalah hubungan<br />nonmahram, yaitu<br />larangan berkhalwat<br />(berdua-duaan), larangan<br />melihat langsung, dan<br />kewajiban berhijab di<br />samping berjilbab, tidak<br />bisa berpergian lebih dari<br />tiga hari dan tidak bisa<br />menjadi walinya. Ada<br />pula aturan yang lain,<br />yaitu jika ingin berbicara<br />dengan nonmahram,<br />maka seorang perempuan<br />harus didampingi oleh<br />mahram aslinya.<br />Misalnya, seorang siswi<br />SMU yang ingin berbicara<br />dengan temannya yang<br />laki-laki harus ditemani<br />oleh bapaknya atau<br />kakaknya. Dengan<br />demikian, hubungan<br />nonmahram yang<br />melanggar aturan di atas<br />adalah haram dalam<br />Islam. Perhatikan dan<br />renungkanlah uraian<br />berikut ini.<br />Firman Allah SWT yang<br />artinya, “Dan janganlah<br />kamu mendekati zina;<br />sesungguhnya zina itu<br />adalah suatu perbuatan<br />yang keji dan suatu jalan<br />yang buruk. ” (Al-Isra: 32).<br />“Katakanlah kepada<br />orang-orang mukmin laki-<br />laki: ‘Hendaklah mereka<br />itu menundukkan<br />sebahagian<br />pandangannya dan<br />menjaga kemaluannya<br />… .’ Dan katakanlah<br />kepada orang-orang<br />mukmin perempuan:<br />‘ Hendaknya mereka itu<br />menundukkan sebahagian<br />pandangannya dan<br />menjaga kemaluannya<br />…’ .”<br />(An-Nur: 30–31).<br />Menundukkan pandangan<br />yaitu menjaga<br />pandangan, tidak dilepas<br />begitu saja tanpa kendali<br />sehingga dapat menelan<br />merasakan kelezatan<br />atas birahinya kepada<br />lawan jenisnya yang<br />beraksi. Pandangan dapat<br />dikatakan terpelihara<br />apabila secara tidak<br />sengaja melihat lawan<br />jenis kemudian menahan<br />untuk tidak berusaha<br />melihat mengulangi<br />melihat lagi atau<br />mengamat-amati<br />kecantikannya atau<br />kegantengannya.<br />Dari Jarir bin Abdullah, ia<br />berkata, “Saya bertanya<br />kepada Rasulullah saw.<br />tentang melihat dengan<br />mendadak. Maka jawab<br />Nabi, ‘Palingkanlah<br />pandanganmu itu!” (HR<br />Muslim, Abu Daud,<br />Ahmad, dan Tirmizi).<br />Dari Abu Hurairah r.a.<br />bahwa Rasulullah saw.<br />telah bersabda yang<br />artinya, “Kedua mata itu<br />bisa melakukan zina,<br />kedua tangan itu (bisa)<br />melakukan zina, kedua<br />kaki itu (bisa) melakukan<br />zina. Dan kesemuanya itu<br />akan dibenarkan atau<br />diingkari oleh alat<br />kelamin. ” (Hadis sahih<br />diriwayatkan oleh Imam<br />Bukhari dan Imam Muslim<br />dari Ibn Abbas dan Abu<br />Hurairah).<br />“ Tercatat atas anak<br />Adam nasibnya dari<br />perzinaan dan dia pasti<br />mengalaminya. Kedua<br />mata zinanya melihat,<br />kedua teling zinanya<br />mendengar, lidah zinanya<br />bicara, tangan zinanya<br />memaksa (memegang<br />dengan keras), kaki<br />zinanya melangkah<br />(berjalan) dan hati yang<br />berhazrat dan berharap.<br />Semua itu dibenarkan<br />(direalisasi) oleh kelamin<br />atau digagalkannya. ” (HR<br />Bukhari).<br />Rasulullah saw. berpesan<br />kepada Ali r.a. yang<br />artinya, “Hai Ali, Jangan<br />sampai pandangan yang<br />satu mengikuti<br />pandangan lainnya! Kamu<br />hanya boleh pada<br />pandangan pertama,<br />adapun berikutnya tidak<br />boleh.” (HR Ahmad, Abu<br />Daud, dan Tirmidzi).<br />Al-Hakim meriwayatkan,<br />“ Hati-hatilah kamu dari<br />bicara-bicara dengan<br />wanita, sebab tiada<br />seorang laki-laki yang<br />sendirian dengan wanita<br />yang tidak ada<br />mahramnya melainkan<br />ingin berzina padanya.”<br />Yang terendah adalah<br />zina hati dengan<br />bernikmat-nikmat karena<br />getaran jiwa yang dekat<br />dengannya, zina mata<br />dengan merasakan sedap<br />memandangnya dan lebih<br />jauh terjerumus ke zina<br />badan dengan, saling<br />bersentuhan,<br />berpegangan,<br />berpelukan, berciuman,<br />dan seterusnya hingga<br />terjadilah persetubuhan.<br />Ath-Thabarani dan Al-<br />Hakim meriwayatkan<br />bahwa Rasulullah saw.<br />bersabda, “Allah<br />berfirman yang artinya,<br />‘ Penglihatan (melihat<br />wanita) itu sebagai panah<br />iblis yang sangat beracun,<br />maka siapa mengelakkan<br />(meninggalkannya)<br />karena takut pada-Ku,<br />maka Aku<br />menggantikannya dengan<br />iman yang dapat<br />dirasakan manisnya<br />dalam hatinya. ”<br />Ath-Thabarani<br />meriwayatkan, Nabi saw.<br />bersabda yang artinya,<br />“ Awaslah kamu dari<br />bersendirian dengan<br />wanita, demi Allah yang<br />jiwaku di tangan-Nya,<br />tiada seorang lelaki yang<br />bersendirian<br />(bersembunyian) dengan<br />wanita malainkan<br />dimasuki oleh setan<br />antara keduanya. Dan,<br />seorang yang<br />berdesakkan dengan babi<br />yang berlumuran lumpur<br />yang basi lebih baik<br />daripada bersentuhan<br />bahu dengan bahu wanita<br />yang tidak halal<br />baginya. ”<br />15 September jam 15:48 ·<br />Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Di dalam kitab<br />Dzamm ul Hawa, Ibnul<br />Jauzi menyebutkan dari<br />Abu al-Hasan al-Wa ’ifdz<br />bahwa dia berkata,<br />“ Ketika Abu Nashr Habib<br />al-Najjar al-Wa’idz wafat<br />di kota Basrah, dia<br />dimimpikan berwajah<br />bundar seperti bulan di<br />malam purnama. Akan<br />tetapi, ada satu noktah<br />hitam yang ada<br />wajahnya. Maka orang<br />yang melihat noda hitam<br />itu pun bertanya<br />kepadanya, ‘Wahai Habib,<br />mengapa aku melihat ada<br />noktah hitam berada di<br />wajah Anda ?’ Dia<br />menjawab, ‘Pernah pada<br />suatu ketika aku<br />melewati kabilah Bani<br />Abbas. Di sana aku<br />melihat seorang anak<br />amrad dan aku<br />memperhatikannya.<br />Ketika aku telah<br />menghadap Tuhanku, Dia<br />berfirman, ‘Wahai<br />Habib?’ Aku menjawab,<br />‘Aku memenuhi<br />panggilan-Mu ya Allah.’<br />Allah berfirman,<br />‘ Lewatlah Kamu di atas<br />neraka.’ Maka, aku<br />melewatinya dan aku<br />ditiup sekali sehingga aku<br />berkata, ‘Aduh (karena<br />sakitnya).’ Maka. Dia<br />memanggilku, ‘Satu kali<br />tiupan adalah untuk<br />sekali pandangan.<br />Seandainya kamu berkali-<br />kali memandang, pasti<br />Aku akan menambah<br />tiupan (api neraka). ”<br />Hal tersebut sebagai<br />gambaran bahwa hanya<br />melihat amrad (anak<br />muda belia yang<br />kelihatan tampan) saja<br />akan mengalami<br />kesulitan yang sangat<br />dalam di akhirat kelak.<br />“ Semalam aku melihat<br />dua orang yang datang<br />kepadaku. Lantas mereka<br />berdua mengajakku<br />keluar. Maka, aku<br />berangkat bersama<br />keduanya. Kemudian<br />keduanya membawaku<br />melihat lubang (dapur)<br />yang sempit atapnya dan<br />luas bagian bawahnya,<br />menyala api, dan bila<br />meluap apinya naik<br />orang-orang yang di<br />dalamnya sehingga<br />hampir keluar. Jika api itu<br />padam, mereka kembali<br />ke dasar. Lantas aku<br />berkata, ‘Apa ini?’ Kedua<br />orang itu berkata,<br />‘ Mereka adalah orang-<br />orang yang telah<br />melakukan zina. ” (Isi<br />hadis tersebut kami<br />ringkas redaksinya. Hadis<br />di ini diriwayatkan oleh<br />Bukhari dan Muslim).<br />Di dalam kitab Dzamm ul-<br />Hawa, Ibnul Jauzi<br />menyebutkan bahwa Abu<br />Hurairah r.a. dan Ibn<br />Abbas r.a., keduanya<br />berkata, Rasulullah saw.<br />Berkhotbah, “Barang<br />siapa yang memiliki<br />kesempatan untuk<br />menggauli seorang<br />wanita atau budak<br />wanita lantas dia<br />melakukannya, maka<br />Allah akan<br />mengharamkan surga<br />untuknya dan akan<br />memasukkan dia ke<br />dalam neraka. Barang<br />siapa yang memandang<br />seorang wanita (yang<br />tidak halal) baginya,<br />maka Allah akan<br />memenuhi kedua<br />matanya dengan api dan<br />menyuruhnya untuk<br />masuk ke dalam neraka.<br />Barang siapa yang<br />berjabat tangan dengan<br />seorang wanita (yang)<br />haram (baginya) maka di<br />hari kiamat dia akan<br />datang dalam keadaan<br />dibelenggu tangannya di<br />atas leher, kemudian<br />diperintahkan untuk<br />masuk ke dalam neraka.<br />Dan, barang siapa yang<br />bersenda gurau dengan<br />seorang wanita, maka dia<br />akan ditahan selama<br />seribu tahun untuk setiap<br />kata yang diucapkan di<br />dunia. Sedangkan setiap<br />wanita yang menuruti<br />(kemauan) lelaki (yang)<br />haram (untuknya),<br />sehingga lelaki itu terus<br />membarengi dirinya,<br />mencium, bergaul,<br />menggoda, dan<br />bersetubuh dengannya,<br />maka wanitu itu juga<br />mendapatkan dosa<br />seperti yang diterima<br />oleh lelaki tersebut. ”<br />‘<br />Demikian uraian jawaban<br />kami, wallaahu a ’lam.<br />15 September jam 15:49 ·<br />Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Atha’ al-Khurasaniy<br />berkata, “Sesungguhnya<br />neraka Jahanam memiliki<br />tujuh buah pintu. Yang<br />paling menakutkan,<br />paling panas, dan paling<br />bisuk baunya adalah<br />pintu yang diperuntukkan<br />bagi para pezina yang<br />melakukan perbuatan<br />tersebut setelah<br />mengetahui hukumnya.”<br />Dari Ghazwan ibn Jarir,<br />dari ayahnya bahwa<br />mereka berbicara kepada<br />Ali ibn Abi Thalib<br />mengenai beberapa<br />perbuatan keji. Lantas Ali<br />r.a. berkata kepada<br />mereka, “Apakah kalian<br />tahu perbuatan zina yang<br />paling keji di sisi Allah<br />Jalla Sya ’nuhu?” Mereka<br />berkata, “Wahai Amir al-<br />Mukminin, semua bentuk<br />zina adalah perbuatan<br />keji di sisi Allah. ” Ali r.a.<br />berkata, “Akan tetapi,<br />aku akan<br />memberitahukan kepada<br />kalian sebuah bentuk<br />perbuatan zina yang<br />paling keji di sisi Allah<br />Tabaaraka wa Taala,<br />yaitu seorang hamba<br />berzina dengan istri<br />tetangganya yang<br />muslim. Dengan<br />demikian, dia telah<br />menjadi pezina dan<br />merusak istri seorang<br />lelaki muslim. ” Kemudian,<br />Ali r.a. berkata lagi,<br />“ Sesungguhnya akan<br />dikirim kepada manusia<br />sebuah aroma bisuk pada<br />hari kiamat, sehingga<br />semua orang yang baik<br />maupun orang yang<br />buruk merasa tersiksa<br />dengan bau tersebut.<br />Bahkan, aroma itu<br />melekat di setiap<br />manusia, sehingga ada<br />seseorang yang menyeru<br />untuk memperdengarkan<br />suaranya kepada semua<br />manusia, “Apakah kalian<br />tahu, bau apakah yang<br />telah menyiksa<br />penciuman kalian ?”<br />Mereka menjawab,<br />“ Demi Allah, kami tidak<br />mengetahuinya. Hanya<br />saja yang paling<br />mengherankan, bau<br />tersebut sampai kepada<br />masing-masing orang dari<br />kita. ” Lantas suara itu<br />kembali terdengar,<br />“ Sesungguhnya itu adalah<br />aroma alat kelamin para<br />pezina yang menghadap<br />Allah dengan membawa<br />dosa zina dan belum<br />sempat bertobat dari<br />dosa tersebut. ”<br />Bukankah banyak<br />kejadian orang-orang<br />yang berpacaran dan<br />bercinta-cinta dengan<br />orang yang telah<br />berkeluarga? Jadi,<br />pacaran tidak hanya<br />mereka yang masih<br />bujangan dan gadis,<br />tetapi dari uisa akil balig<br />hingga kakek nenek bisa<br />berbuat seperti yang<br />diancam oleh hukuman<br />Allah tersebut di atas.<br />Hanya saja, yang umum<br />kelihatan melakukan<br />pacaran adalah para<br />remaja.<br />Namun, bukan berarti<br />tidak ada solusi dalam<br />Islam untuk berhubungan<br />dengan nonmahram.<br />Dalam Islam hubungan<br />nonmahram ini<br />diakomodasi dalam<br />lembaga perkawinan<br />melalui sistem khitbah/<br />lamaran dan pernikahan.<br />“ Hai golongan pemuda,<br />siapa di antara kamu<br />yang mampu untuk<br />menikah, maka<br />hendaklah ia menikah,<br />karena menikah itu lebih<br />menundukkan<br />pandangan, dan lebih<br />memelihara kemaluan.<br />Tetapi, siapa yang tidak<br />mampu menikah, maka<br />hendaklah ia berpuasa,<br />karena puasa itu dapat<br />mengurangi<br />syahwat. ” (HR Bukhari,<br />Muslim, Abu Daud,<br />Tirmizi, Nasai, Ibnu<br />Majah, Ahmad, dan<br />Darami).<br />Selain dua hal tersebut di<br />atas, baik itu dinamakan<br />hubungan teman,<br />pergaulan laki<br />perempuan tanpa<br />perasaan, ataupun<br />hubungan profesional,<br />ataupun pacaran,<br />ataupun pergaulan guru<br />dan murid, bahkan<br />pergaulan antar-<br />tetangga yang melanggar<br />aturan di atas adalah<br />haram, meskipun Islam<br />tidak mengingkari<br />adanya rasa suka atau<br />bahkan cinta. Anda<br />bahkan diperbolehkan<br />suka kepada laki-laki<br />yang bukan mahram,<br />tetapi Anda diharamkan<br />mengadakan hubungan<br />terbuka dengan<br />nonmahram tanpa<br />mematuhi aturan di atas.<br />Maka, hubungan atau<br />jenis pergaulan yang<br />Anda sebutkan dalam<br />pertanyaan Anda adalah<br />haram. Kalau masih ingin<br />juga, Anda harus<br />ditemani kakak laki-laki<br />ataupun mahram laki-laki<br />Anda dan Anda harus<br />berhijab dan berjilbab<br />agar memenuhi aturan<br />yang telah ditetapkan<br />Islam.<br />Hidup di dunia yang<br />singkat ini kita siapkan<br />untuk memperoleh<br />kemenangan di hari<br />akhirat kelak. Oleh<br />karena itu, marilah kita<br />mulai hidup ini dengan<br />bersungguh-sungguh dan<br />jangan bermain-main.<br />Kita berusaha dan berdoa<br />mengharap pertolongan<br />Allah agar diberi<br />kekuatan untuk<br />menjalankan perintah<br />dan meninggalkan<br />larangan-Nya. Semoga<br />Allah menolong kita,<br />amin.<br />Adapun pertanyaan<br />berikutnya kami jawab<br />bahwa cara mengetahui<br />sifat calon pasangan<br />adalah bisa tanya secara<br />langsung dengan<br />memakai pendamping<br />(penengah) yang<br />mahram. Atau, bisa<br />melalui perantara, baik<br />itu dari keluarga atau<br />saudara kita sendiri<br />ataupun dari orang lain<br />yang dapat dipercaya.<br />Hal ini berlaku bagi<br />kedua belah pihak.<br />Kemudian, bagi seorang<br />laki-laki yang menyukai<br />wanita yang hendak<br />dinikahinya, sebelum<br />dilangsungkan<br />pernikahan, maka<br />baginya diizinkan untuk<br />melihat calon<br />pasangannya untuk<br />memantapkan hatinya<br />dan agar tidak kecewa di<br />kemudian hari.<br />“ Apabila seseorang<br />hendak meminang<br />seorang wanita kemudian<br />ia dapat melihat sebagian<br />yang dikiranya dapat<br />menarik untuk<br />menikahinya, maka<br />kerjakanlah.” (HR Abu<br />Daud).<br />Hal-hal yang mungkin<br />dapat dilakukan sebagai<br />persiapan seorang muslim<br />apabila hendak<br />melangsungkan<br />pernikahan.<br />1. Memilih calon<br />pasangan yang tepat.<br />2. Diproses melalui<br />musyawarah dengan<br />orang tua.<br />3. Melakukan salat<br />istikharah.<br />4. Mempersiapkan nafkah<br />lahir dan batin.<br />5. Mempelajari petunjuk<br />agama tentang<br />pernikahan.<br />6. Membaca sirah<br />nabawiyah, khususnya<br />yang menyangkut rumah<br />tangga Rasulullah saw.<br />7. Menyelesaikan<br />persyaratan administratif<br />sesui dengan peraturan<br />daerah tempat tinggal.<br />8. Melakukan khitbah/<br />pinangan.<br />9. Memperbanyak<br />taqarrub kepada Allah<br />supaya memperoleh<br />kelancaran.<br />10. Mempersiapkan<br />walimah.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-28125399722667776762010-12-27T20:25:00.000-08:002010-12-27T20:27:27.917-08:00ISTRI HAMIL BOLEHKAH MELAYANI ISTRI.??Kewajiban istri disana<br />disebutkan seakan hanya<br />pelampiasan nafsu<br />seksualitas.suaminya<br />saja, kalau suami minta<br />untuk berhubungan<br />badan, haruslah ditaati<br />saat itu, karena itu hak<br />suami yang terbesar,<br />dengan mengemukakan<br />dalil yang memang dalil<br />tersebut cukup kuat.<br />Cukup banyak dalil dalam<br />hadits asshahihah yang<br />mengecam para istri,<br />sampai-sampai shalatnya<br />tidak akan diterima,<br />malaikat akan marah<br />sama sang istri sampai<br />pagi apabila istri tersebut<br />menolak ajakan suaminya<br />pada malam hari itu. Kita<br />tak akan memungkiri<br />hadits shahih tersebut<br />(siapa lagi yang<br />menolaknya?) mungkin<br />kita lupa, atau pura-pura<br />dilupakan kali yah. Kalau<br />hak istimta'(bersenang-<br />senang itu), bukan hanya<br />miliknya sang suami saja.<br />Hak istimta' (jima')<br />adalah hak tabadul(saling<br />memiliki, bergantian),<br />diantara keduanya.<br />hadits shahih yang mana<br />Rasulullah mengecam<br />akan para lelaki yang<br />sibuk dengan ibadah<br />semata, dan melupakan<br />kewajibannya terhadap<br />keluarganya? Juga<br />apakah kita lupa akan<br />sabda Rasulullah kepada<br />sahabat Abdullah bin<br />'Amr bin 'Ash,<br />diriwayatkan dalam kitab<br />shahih Bukhari :"Wahai<br />Abdullah, dikhabarkan<br />kepadaku, bahwasanya<br />engkau puasa disiang<br />hari, dan shalat dimalam<br />hari(tahajjud)? Maka<br />Abdullah berkata, "Iyah,<br />benar wahai rasulullah".<br />Apa tanggapan Rasulullah<br />saat itu? :"Jangan engkau<br />lakukan itu, puasalah dan<br />juga berbukalah,<br />shalatlah, tapi tidur juga,<br />karena apa? Karena<br />tubuh kamu punya hak<br />atas kamu(untuk<br />istirahat), mata kamu<br />juga, istri kamu juga,<br />tetangga kamu juga(H.R<br />BUkhari kitab puasa, bab<br />hak tubuh dalam hal<br />berpuasa).Dan juga,<br />apakah kita lupa, hak<br />tabadul juga, bukan<br />suami saja yang<br />mendapatkan pemanasan<br />dari sang istri sebelum<br />jima', namun seorang<br />suami dianjurkan sebelum<br />menggauli istrinya<br />mendapatkan ,<br />almudaa'abah,<br />mulaamasah, istilah<br />kerennya (pemanasan)<br />dulu. Dimain-mainkan<br />dulu disentuh, dikecup,<br />Bukankah hal ini untuk<br />kesenangan sang istri?<br />Jadi,mendapatkan<br />kesenangan, bukanlah<br />semata hak suami saja,<br />tetapi hak yangtabadul<br />(saling bergantian).<br />Sebagaimana sang suami<br />berhak mendapatkan<br />kesenangan dalam hal<br />jima', begitu pulalah<br />seorang istripun berhak<br />mendapatkan<br />kesenangan yang sama.<br />Bagi sang istri haknya<br />terhadap suami adalah<br />nafkah, dan sebaliknya<br />kewajiban suami adalah<br />memberikan nafkah, dan<br />sesuai dengan<br />kemampuan sang suami,<br />sebab Allah berfirman<br />"'alal muusi'I qadaruhu,<br />wa'alal muqtiri<br />qadaruhu", bagi yang tak<br />mampu yang sesuai<br />dengan<br />kemampuannyalah, bagi<br />yang kayapun begitu<br />juga, jangan miskin<br />dipaksakan sampai<br />menghutang sana sini<br />demi membahagiakan<br />istri,<br />korupsi, mencuri demi<br />memberikan pelayanan<br />yang terbaik untuk istri,<br />ini<br />mah,..salah kaprah. Atau<br />kaya, tetapi pelit, ini mah<br />suami keterlaluan.<br />Sekarang, secara spesifik<br />mari kita lihat, hak suami<br />dari istri, alias kewajiban<br />istri terhadap suaminya<br />ada tiga kategori. Dan<br />tiga kategori ini bisa<br />mencakup<br />keseluruhannya.<br />1. Kewajiban istri taat<br />pada suami. (Lihat Q.S<br />Annisa ayat 34).<br />Inilah sebesar-besar hak<br />suami dari istrinya dan<br />kewajiban istri terhadap<br />suaminya. Yakni :"ta'at<br />kepada suaminya".<br />Sangat banyak hadits-<br />hadits shahih yang<br />mendukung akan hal ini.<br />Sebenarnya dari yang<br />satu ini saja sudah<br />mencakupi keseluruhan<br />hak-hak suami pada<br />istrinya.<br />Dalam Alquran dan<br />bahasa Arab, ada yang<br />diistilahkan jami'ul kulum<br />(satu lafaz yang singkat<br />mencakup keseluruhan<br />makna).<br />Dari kata "ta'at" saja,<br />sudah mencakup disana<br />kewajiban sang istri,<br />bukan hanya sekedar<br />istim'ta(jima'), tetapi<br />juga urusan memasak,<br />mencuci, menggosok,<br />ngepel dan sebagainya<br />itu dalam hal urusan RT.<br />Kenapa? Bagaimana,<br />kalau sang suami<br />meminta sang istri<br />masak, cuci gosok<br />dirumah, apakah kita<br />tidak mau, dengan alasan<br />bukan kewajiban kita,<br />karena tidak ada<br />perintah baik dalam<br />AlQuran maupun<br />hadits yang mewajibkan<br />hal itu secara dhahir<br />(nyata), lafaznya?lantas,<br />bagaimana dengan<br />kewajiban utama sang<br />istri pada suami, yakni<br />Ta'at(ta'at sepanjang<br />bukan ma'siat pda Allah<br />Ta'ala<br />.kalau itu jawaban sang<br />istri. Karena tidak adanya<br />nash sharih akan<br />kewajiban cuci, masak<br />ngepel dllnya.Mari sama-<br />sama kita jawab:<br />Bagaimana dengan<br />perintah sang istri wajib<br />ta'at pada suaminya?<br />Kalau suami suruh masak<br />gimana?<br />Kemudian, coba kita lihat<br />qaedah Fiqh/ushul<br />fiqh :"Al 'aadah<br />muhakkamatun"(Kebiasaan<br />suatu tempat/daerah<br />menjadi hukum).<br />Kembali ke pembicaraan<br />semula.Sudah menjadi<br />kebiasaan di dunia ini,<br />baik di negeri Arab<br />sendiri ataupun diluar<br />Arab, bahwa yang<br />mengerjakan pekerjaan<br />rumah adalah sang istri.<br />Bukan suami. Suami<br />kerjanya mencari nafkah,<br />ini dah harga mati dari<br />Allah Ta'ala.<br />Sebagaimana harga mati<br />juga, kalau Al qawwamah<br />(kepemimpinan), berada<br />di tangan sang suami.<br />Kalau Al qawwamah<br />berada ditangan istri,<br />maka terbaliklah dunia.<br />Atas jadi bawah, bawah<br />jadi atas. Sang suami pula<br />yang disuruh masak, cuci<br />ngepel, dimana lagi letak<br />kepemimpinan suami<br />kalau begitu. Apakah<br />dengan alasan, bahwa<br />kewajiban sang suami<br />menyediakan makan,<br />pakaian, tempat tinggal,<br />jadi sang istri tinggal<br />terima beres. Makanan<br />yang diberikan sudah jadi<br />begitu? Enak banget. Itu<br />namanya sang istri<br />pemimpin, ia yang jadi<br />Raja kalau begitu.<br />Ohh..alasannya katanya<br />kan makanan kewajiban<br />suami terhadap istri.<br />nah dengan hal tersebut<br />suami harus menyadari,<br />letihnya istri yang<br />mengandung. kan tidak<br />harus jima, bisa juga istri<br />memainkan dengan<br />tangannya kemaluan<br />suami.jadi saling<br />mengertilah kalau<br />istrinya letih.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-7944414244280321552010-12-27T19:56:00.000-08:002010-12-27T19:59:54.727-08:00ADA GAK SIH PACARAN DALAM ISLAM.??Istilah pacaran tidak bisa<br />lepas dari remaja, karena<br />salah satu ciri<br />remaja yang menonjol<br />adalah rasa senang<br />kepada lawan jenis<br />disertai<br />keinginan untuk memiliki.<br />Pada masa ini, seorang<br />remaja biasanya<br />mulai "naksir" lawan<br />jenisnya. Lalu ia berupaya<br />melakukan pendekatan<br />untuk mendapatkan<br />kesempatan<br />mengungkapkan isi<br />hatinya. Setelah<br />pendekatannya berhasil<br />dan gayung bersambut,<br />lalu keduanya mulai<br />berpacaran.<br />Pacaran dapat diartikan<br />bermacam-macam, tetapi<br />intinya adalah<br />jalinan cinta antara<br />seorang remaja dengan<br />lawan jenisnya. Praktik<br />pacaran juga bermacam-<br />macam, ada yang sekedar<br />berkirim surat,<br />telepon, menjemput,<br />mengantar atau<br />menemani pergi ke suatu<br />tempat,<br />apel, sampai ada yang<br />layaknya pasangan suami<br />istri.<br />Di kalangan remaja<br />sekarang ini, pacaran<br />menjadi identitas yang<br />sangat dibanggakan.<br />Biasanya seorang remaja<br />akan bangga dan percaya<br />diri jika sudah memiliki<br />pacar. Sebaliknya remaja<br />yang belum<br />memiliki pacar dianggap<br />kurang gaul. Karena itu,<br />mencari pacar di<br />kalangan remaja tidak<br />saja menjadi kebutuhan<br />biologis tetapi juga<br />menjadi kebutuhan<br />sosiologis. Maka tidak<br />heran, kalau sekarang<br />mayoritas remaja sudah<br />memiliki teman spesial<br />yang disebut "pacar".<br />Lalu bagaimana pacaran<br />dalam pandangan<br />Islam???<br />Istilah pacaran<br />sebenarnya tidak dikenal<br />dalam Islam. Untuk istilah<br />hubungan percintaan<br />antara laki-laki dan<br />perempuan pranikah,<br />Islam<br />mengenalkan istilah<br />"khitbah (meminang".<br />Ketika seorang laki-laki<br />menyukai seorang<br />perempuan, maka ia<br />harus mengkhitbahnya<br />dengan<br />maksud akan<br />menikahinya pada waktu<br />dekat. Selama masa<br />khitbah,<br />keduanya harus menjaga<br />agar jangan sampai<br />melanggar aturan-aturan<br />yang telah ditetapkan<br />oleh Islam, seperti<br />berduaan,<br />memperbincangkan<br />aurat, menyentuh,<br />mencium, memandang<br />dengan nafsu, dan<br />melakukan<br />selayaknya suami istri.<br />Ada perbedaan yang<br />mencolok antara pacaran<br />dengan khitbah. Pacaran<br />tidak berkaitan dengan<br />perencanaan pernikahan,<br />sedangkan khitbah<br />merupakan tahapan<br />untuk menuju<br />pernikahan. Persamaan<br />keduanya merupakan<br />hubungan percintaan<br />antara dua insan<br />berlainan jenis yang tidak<br />dalam ikatan<br />perkawinan.<br />Dari sisi persamaannya,<br />sebenarnya hampir tidak<br />ada perbedaan antara<br />pacaran dan khitbah.<br />Keduanya akan terkait<br />dengan bagaimana orang<br />mempraktikkannya. Jika<br />selama masa khitbah,<br />pergaulan antara laki-<br />laki dan perempuan<br />melanggar batas-batas<br />yang telah ditentukan<br />Islam, maka itu pun<br />haram. Demikian juga<br />pacaran, jika orang<br />dalam<br />berpacarannya<br />melakukan hal-hal yang<br />dilarang oleh Islam, maka<br />hal<br />itu haram.Jika seseorang<br />menyatakan cinta pada<br />lawan jenisnya yang tidak<br />dimaksudkan untuk<br />menikahinya saat itu<br />atau dalam waktu dekat,<br />apakah hukumnya<br />haram? Tentu tidak,<br />karena rasa cinta adalah<br />fitrah<br />yang diberikan allah,<br />sebagaimana dalam<br />firman-Nya berikut:<br />Dan di antara tanda-<br />tanda kekuasaan-Nya<br />ialah Dia menciptakan<br />untukmu isteri-isteri dari<br />jenismu sendiri, supaya<br />kamu cenderung<br />dan merasa tenteram<br />kepadanya, dan<br />dijadikan-Nya di<br />antaramu rasa<br />kasih dan sayang.<br />Sesungguhnya pada yang<br />demikan itu benar-benar<br />terdapat tanda-tanda<br />bagi kaum yang berfikir.<br />(QS. Ar-Rum: 21)<br />Allah telah menjadikan<br />rasa cinta dalam diri<br />manusia baik pada laki-<br />laki maupun perempuan.<br />Dengan adanya rasa<br />cinta, manusia bisa hidup<br />berpasang-pasangan.<br />Adanya pernikahan tentu<br />harus didahului rasa<br />cinta. Seandainya tidak<br />ada cinta, pasti tidak ada<br />orang yang mau<br />membangun rumah<br />tangga. Seperti halnya<br />hewan, mereka memiliki<br />instink seksualitas tetapi<br />tidak memiliki rasa cinta,<br />sehingga<br />setiap kali bisa berganti<br />pasangan. Hewan tidak<br />membangun rumah<br />tangga.<br />Menyatakan cinta<br />sebagai kejujuran hati<br />tidak bertentangan<br />dengan<br />syariat Islam. Karena<br />tidak ada satu pun ayat<br />atau hadis yang<br />secara eksplisit atau<br />implisit melarangnya.<br />Islam hanya memberikan<br />batasan-batasan antara<br />yang boleh dan yang<br />tidak boleh dalam<br />hubungan laki-laki dan<br />perempuan yang bukan<br />suami istri.<br />Di antara batasan-<br />batasan tersebut ialah:<br />1. Tidak melakukan<br />perbuatan yang dapat<br />mengarahkan kepada<br />zina<br />Allah SWT berfirman,<br />"Dan janganlah kamu<br />mendekati zina:<br />sesungguhnya zina itu<br />adalah suatu perbuatan<br />yang keji dan suatu<br />jalan yang buruk." (QS.<br />Al-Isra: 32) Maksud ayat<br />ini, janganlah kamu<br />melakukan perbuatan-<br />perbuatan yang bisa<br />menjerumuskan kamu<br />pada<br />perbuatan zina. Di antara<br />perbuatan tersebut<br />seperti berdua-duaan<br />dengan lawan jenis<br />ditempat yang sepi,<br />bersentuhan termasuk<br />bergandengan tangan,<br />berciuman, dan lain<br />sebagainya.<br />2. Tidak menyentuh<br />perempuan yang bukan<br />mahramnya<br />Rasulullah SAW bersabda,<br />"Lebih baik memegang<br />besi yang panas<br />daripada memegang atau<br />meraba perempuan yang<br />bukan istrinya (kalau<br />ia tahu akan berat<br />siksaannya). "<br />3. Tidak berduaan dengan<br />lawan jenis yang bukan<br />mahramnya<br />Dilarang laki dan<br />perempuan yang bukan<br />mahramnya untuk<br />berdua-duan.<br />Nabi SAW bersabda,<br />"Barangsiapa beriman<br />kepada Allah dan hari<br />akhir,<br />maka jangan sekali-kali<br />dia bersendirian dengan<br />seorang perempuan<br />yang tidak mahramnya,<br />karena ketiganya adalah<br />setan." (HR. Ahmad)<br />4. Harus menjaga mata<br />atau pandangan<br />Sebab mata kuncinya<br />hati. Dan pandangan itu<br />pengutus fitnah yang<br />sering membawa kepada<br />perbuatan zina. Oleh<br />karena itu Allah<br />berfirman, "Katakanlah<br />kepada laki-laki mukmin<br />hendaklah mereka<br />memalingkan pandangan<br />(dari yang haram) dan<br />menjaga kehormatan<br />mereka.....Dan<br />katakanlah kepada kaum<br />wanita hendaklah<br />mereka<br />meredupkan mata<br />mereka dari yang haram<br />dan menjaga kehormatan<br />mereka..." (QS. An-Nur:<br />30-31)<br />Yang dimaksudkan<br />menundukkan pandangan<br />yaitu menjaga<br />pandangan,<br />tidak melepaskan<br />pandangan begitu saja<br />apalagi memandangi<br />lawan<br />jenis penuh dengan<br />gelora nafsu.<br />5. Menutup aurat<br />Diwajibkan kepada kaum<br />wanita untuk menjaga<br />aurat dan dilarang<br />memakai pakaian yang<br />mempertontonkan<br />bentuk tubuhnya, kecuali<br />untuk suaminya. Dalam<br />hadis dikatakan bahwa<br />wanita yang keluar<br />rumah<br />dengan berpakaian yang<br />mempertontonkan lekuk<br />tubuh, memakai minyak<br />wangi yang baunya<br />semerbak, memakai<br />"make up" dan<br />sebagainya setiap<br />langkahnya dikutuk oleh<br />para Malaikat, dan setiap<br />laki-laki yang<br />memandangnya sama<br />dengan berzina<br />dengannya. Di hari<br />kiamat nanti perempuan<br />seperti itu tidak akan<br />mencium baunya surga<br />(apa lagi masuk surga)<br />Selagi batasan di atas<br />tidak dilanggar, maka<br />pacaran hukumnya boleh.<br />Tetapi persoalannya<br />mungkinkah pacaran<br />tanpa berpandang-<br />pandanga n,berpegangan,<br />bercanda ria, berciuman,<br />dan lain sebagainya.<br />Kalau<br />mungkin silakan<br />berpacaran, tetapi kalau<br />tidak mungkin maka<br />jangan<br />sekali-kali berpacaran<br />karena azab yang pedih<br />siap menanti Anda.<br />Wassallamu`allaikumsallam<br />wr wbUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-44251462695187611632010-12-26T16:03:00.000-08:002010-12-26T16:05:44.932-08:00SAHKAH MENCERAI ISTRI LEWAT SMS.??Cerai SMS Termasuk<br />Cerai Kinayah Cerai<br />kinayah dalam bahasa<br />Arab disebut al-thalaq al-<br />kinâyat, yaitu cerai yang<br />dilakukan suami dengan<br />menggunakan lafal yang<br />mengandung arti tidak<br />sebenarnya. Ulama Saudi<br />menggolongkan lafal<br />cerai dari seorang suami<br />melalui alat komunikasi<br />elektronik ke dalam cerai<br />kinayah. Fenomena ini<br />mengundang kontroversi<br />baru, karena lafal cerai<br />disampaikan melalui SMS,<br />e-mail, dan chatting.<br />Terkait hal ini Anggota<br />Majma' Al-Fiqh Al-Islami<br />Saudi Syekh Dr.<br />Muhammad Al-Najimi<br />mengatakan, "Lembaga<br />Majma' Al-Fiqh Al-Islami<br />berpendapat, bahwa<br />cerai melalui alat<br />komunikasi elektronik ini<br />tidak sah, karena bisa<br />jadi yang melakukan SMS,<br />mengirim e-mail atau<br />chatting adalah orang<br />yang cuma mengaku<br />sebagai suami." Syekh Al-<br />Najimi menjelaskan,<br />"Cerai tipe ini tergolong<br />dalam thalaq al-kinayat<br />(cerai metomini). Pada<br />dasarnya, cerai kinayah<br />dilafalkan dengan<br />kalimat yang tidak<br />menunjukkan arti zahir<br />dari kalimat tersebut.<br />Dalam masalah ini,<br />Mahkamah Syariahlah<br />yang berhak memutuskan<br />sahnya cerai atau tidak.<br />Sedangkan diluar<br />keputusan Mahkamah<br />Syariah, maka cerai<br />kinayah tidak sah."<br />Lemahnya Kepribadian<br />Membaca fenomena yang<br />tersebar di masyarakat<br />Saudi terkait cerai<br />melalui hand phone,<br />seorang Peneliti Sosial<br />Saudi Mahmud Al-Zahrani<br />mengatakan, "Cerai<br />melalui SMS dan<br />berbicara via telpon<br />menunjukkan lemahnya<br />kepribadian sang suami.<br />Ini menunjukkan bahwa si<br />suami tidak berani<br />berhadapan langsung<br />dengan istrinya."<br />Al-Zahrani menekankan<br />pentingnya untuk<br />memerangi fenomena ini,<br />dan melakukan berbagai<br />aksi preventif agar tidak<br />terulang kambali. Al-<br />Zahrani juga menyeru<br />pemuda muslim untuk<br />menjaga kesucian<br />hubungan suami istri. Ia<br />mengatakan, "Cerai<br />menggunakan sarana<br />komunikasi moderen<br />mengurangi kesucian<br />hubungan suami istri ini."Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-7867989317508290522010-12-26T08:08:00.000-08:002010-12-26T08:10:53.813-08:00UANG HASIL SAYA, SAYA NAFKAHKAN UNTUK ORANG TUA TANPA SEPENGETAHUAN SUAMI”Dari Zainab isteri<br />Abdullah bin Mas’ud<br />dalam mendekati<br />haditsnya yang telah lalu;<br />dalam riwayat ini ia<br />(Zainab ra) berkata, “<br />Saya berangkat kepada<br />Nabi SAW, saya<br />mendapatkan wanita<br />Anshar di pintu yang<br />mana keperluannya<br />seperti keperluanku, Bilal<br />lewat di muka kami, lalu<br />kami berkata, ”Apakah<br />cukup dariku dengan<br />memberi nafkah atas<br />suami (pasangan) dan<br />anak-anak yatim dalam<br />rumahku (kamarku) ? ”<br />Maka Bilal<br />menanyakannya pada<br />beliau, lalu beliau<br />bersabda, ” Ya, ia<br />mendapat dua pahala,<br />yakni pahala kerabat dan<br />pahala sedekah ” (HR<br />Bukhari).memang yang<br />terbaik bicarakan dulu<br />sama suami untuk<br />memberi nafkah pada<br />orang tua. karna orang<br />tua yang tak mampu<br />adalah kewajiban anak<br />memberi nafkah.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-32273553485222248832010-12-26T07:47:00.000-08:002010-12-26T07:49:12.490-08:00APA YANG HARUS DILAKUKAN ISTRI KETIKA SUAMI SELINGKUH.??Selingkuh seolah ringan<br />dibicarakan, padahal<br />topik ini sedemikian<br />berat dalam timbangan<br />hukum Islam.<br /># Dalam Al Qur’an, jika<br />seorang suami menuduh<br />istrinya selingkuh atau<br />sebaliknya, jika tuduhan<br />tidak dicabut maka<br />keduanya harus<br />menempuh sumpah yang<br />mengandung laknat Allah<br />jika berdusta (Lihat QS<br />24:6-9).<br /># Jika seorang yang sudah<br />pernah menikah<br />selingkuh sampai zina<br />dengan orang lain, maka<br />orang ini seharusnya<br />mendapatkan hukum<br />rajam sampai mati.<br /># Orang yang menuduh<br />wanita baik-baik telah<br />selingkuh dan tak dapat<br />mendatangkan empat<br />saksi, maka selain<br />mendapatkan hukuman<br />cambuk, juga<br />kesaksiannya tak bisa<br />diterima selama-lamanya.<br />Islam tidak pernah<br />menganggap masalah<br />seperti ini sebagai<br />masalah ringan. Masalah<br />selingkuh termasuk<br />dalam wilayah masalah<br />kehormatan<br />rumahtangga (Al ’Irdl),<br />dan urusan kehormatan<br />merupakan urusan yang<br />sangat serius. Sebagai<br />contoh, pelecehan atas<br />kehormatan seorang<br />wanita muslimah di pasar<br />Madinah telah disikapi<br />ummat Islam waktu itu<br />dengan memerangi<br />Yahudi yang melakukan<br />pelecehan tersebut dan<br />juga kaumnya. Oleh<br />karena itu secara hukum<br />Had- pun selingkuh<br />dikenakan hukum rajam<br />dan harus sampai mati.<br />Itulah Islam dan hukum-<br />hukumNya. Hukum<br />langsung dari Allah SWT<br />yang kini seringkali<br />dilecehkan dan dianggap<br />kuno, bahkan sudah<br />banyak yang mengaku<br />muslim turut serta ingin<br />melakukan ”penulisan<br />ulang” hukum Islam.<br />Hukum rajam bagi pezina<br />yang sudah pernah<br />menikah, atau pezina<br />kedua kalinya, haruslah<br />sampai mati. Hukum<br />rajam sangat sering<br />menjadi sasaran tembak<br />para pembenci Islam<br />karena dianggap sadis,<br />tidak manusiawi. Padahal<br />dalam sejarahnya, Nabi<br />Muhammad SAW sendiri<br />menjelaskan bahwa<br />barang siapa yang<br />berzina kemudian dirajam<br />sampai mati, maka ketika<br />dia bersikap Ikhlas<br />karena Allah maka semua<br />dosanya akan diampuni<br />Allah. SubhanAllah!<br />Pezina hanya punya satu<br />kali kesempatan<br />diampuni, yaitu ketika<br />mau dirajam.<br />saksi perzinahan harus<br />disaksikan 4 orang secara<br />langasung ,dan bukan<br />niat mengintipnya. dan<br />harus melihat keluar<br />masuknya kemaluan laki2<br />ke tempat kemaluan<br />wanita. maka dari itu<br />jangan sembarangan<br />menuduh orang lain<br />berzina. suruhnya orang<br />itu bertobat dari dosa<br />berzina.wallohu a'lamUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-67814740487423499132010-12-26T05:11:00.000-08:002010-12-26T05:12:50.151-08:00SAHKAH NIKAHNYA ORANG ZINA.??assalamu'alaikum<br />wr.wb ustad saya mo<br />tanya sah kah nikahnya<br />orang berzinah kemudian<br />hamil ,lantas mereka<br />taubat kemudian untuk<br />menutupi malu kemudian<br />mereka nikah diusia<br />kehamilan 2 bulan.mohon<br />jawaban berdasarkan<br />keterangan al qur'an dan<br />al hadist shahih.terima<br />kasih<br />25 September jam 15:10 · Suka<br />Abimanyu Diatasawan<br />menyukai ini.<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam waalaikum<br />salam,wr,wb.<br />Semua harus kita<br />petakan terlebih dahulu,<br />karena tiap-tiap kasus<br />akan berbeda-beda<br />hukumnya.<br />1. Kasus Pertama<br />Seorang wanita sudah<br />menikah dan sedang<br />dalam keadaan hamil,<br />lalu berhubungan seksual<br />dengan suaminya, maka<br />hukumnya halal. Sebab<br />hubungan suami isteri<br />tidak terlarang, bahkan<br />pada saat hamil sekali<br />pun. Lagi pula, dia<br />melakukannya dengan<br />suaminya sendiri. Maka<br />hukumnya halal.<br />2. Kasus Kedua<br />Seorang wanita sudah<br />menikah dan sedang<br />dalam keadaan hamil.<br />Suaminya meninggal atau<br />menceraikannya. Maka<br />wanita ini diharamkan<br />menikah, apalagi<br />melakukan hubungan<br />seksual dengan laki-laki<br />lain.<br />Sebab wanita itu masih<br />harus menjalankan masa<br />iddah, yaitu masa di<br />mana dia harus berada<br />dalam posisi tidak boleh<br />menikah, bahkan<br />termasuk ke luar rumah<br />dan sebagainya. Dan<br />masa iddah wanita yang<br />hamil adalah hingga dia<br />melahirkan anaknya.<br />3. Kasus Ketiga<br />Seorang wanita hamil di<br />luar nikah yang syar ’i<br />(berzina), lalu untuk<br />menutupi rasa malu,<br />keluarganya<br />menikahkannya dengan<br />orang lain. Yaitu laki-laki<br />lain yang tidak<br />menzinainya.<br />Dalam hal ini, para ulama<br />mengharamkan<br />terjadinya hubungan<br />seksual antara mereka.<br />Adapun apakah boleh<br />terjadi pernikahan saja,<br />tanpa hubungan seksual,<br />ada dua pendapat yang<br />berkembang.<br />Pendapat pertama,<br />hukumnya haram. Dan<br />kalau dinikahkan juga,<br />maka pernikahan itu<br />tidak sah alias batil. Di<br />antara para ulama yang<br />mengatakan hal ini<br />adalah Al-Imam Malik,<br />Imam Ahmad bin Hanbal<br />dan jumhur ulama.<br />Karena yang namanya<br />suami isteri tidak<br />mungkin diharamkan<br />dalam melakukan<br />hubungan seksual. Jadi<br />menikah saja pun<br />diharamkan, kecuali<br />setelah anak dalam<br />kandungan itu lahir.<br />Pendapat kedua,<br />hukumnya halal dan<br />pernikahan itu sah.<br />Asalkan selama anak itu<br />belum lahir, suami itu<br />tetap tidak melakukan<br />hubungan seksual<br />dengannnya. Suami harus<br />menunggu hingga<br />lahirnya bayi dalam<br />perut. Baik dalam<br />keadaan hidup atau<br />mati.Pendapat ini<br />dikemukakan oleh Al-<br />Imam Asy-Syafi ’i dan<br />Imam Abu Hanifah.<br />Perbedaan pendapat para<br />ulama ini berangkat dari<br />satu dalil yang dipahami<br />berbeda. Dalil itu adalah<br />dalil tentang haramnya<br />seorang laki-laki<br />menyirami ladang laki-<br />laki lain.<br />Dari Rufai ’ bin Tsabit<br />bahwa Nabi SAW<br />bersabda, “Siapa yang<br />beriman kepada Allah<br />dan hari akhir, maka<br />janganlah menyiramkan<br />airnya pada tempat yang<br />sudah disirami orang<br />lain. ” (HR Tirmizi dan<br />beliau menghasankannya)<br />Jumhur ulama yang<br />mengharamkan<br />pernikahan antara<br />mereka mengatakan<br />bahwa haramnya<br />‘menyirami air orang lain’<br />adalah haram melakukan<br />akad nikah. Sedangkan<br />As-Syafi ’i dan Abu<br />Hanifah mengatakan<br />bahwa yang haram<br />adalah melakukan<br />persetubuhannya saja,<br />ada pun melakukan akad<br />nikah tanpa<br />persetubuhan tidak<br />dilarang, karena tidak<br />ada nash yang melarang.<br />4. Kasus Keempat<br />Seorang wanita belum<br />menikah, lalu berzina<br />hingga hamil. Kemudian<br />untuk menutupi rasa<br />malunya, dia menikah<br />dengan laki-laki yang<br />menzinainya itu.<br />Dalam hal ini para ulama<br />sepakat<br />membolehkannya. Karena<br />memang tidak ada<br />larangan atau<br />pelanggaran yang<br />dikhawatirkan.<br />Setidaknya, Al-Imam Asy-<br />syafi ’i dan Abu Hanifah<br />rahimahumallah<br />membolehkannya.<br />Bahkan mereka<br />dibolehkan melakukan<br />hubungan seksual selama<br />masa kehamilan, asalkan<br />sudah terjadi pernikahan<br />yang syar ’i antara<br />mereka.<br />Karena illat (titik point)<br />larangan hal itu adalah<br />tercampurnya mani atau<br />janin dari seseorang<br />dengan mani orang lain<br />dalam satu rahim yang<br />sama. Ketika<br />kemungkinan itu tidak<br />ada, karena yang<br />menikahi adalah laki-laki<br />yang sama, meski dalam<br />bentuk zina, maka<br />larangan itu pun menjadi<br />tidak berlaku.<br />Seringkali ada orang yang<br />tetap mengharamkan<br />bentuk keempat ini,<br />mungkin karena agak<br />rancu dalam memahami<br />keadaan serta titik<br />pangkal keharamannya.<br />Pendeknya, kalau wanita<br />hamil menikah dengan<br />laki-laki yang<br />menzinainya, maka tidak<br />ada dalil atau illat yang<br />melarangnya. Sehingga<br />hukumnya boleh dan<br />sesungguhnya tidak perlu<br />lagi untuk menikah ulang<br />setelah melahirkan.<br />Karena pernikahan<br />antara mereka sudah sah<br />di sisi Allah SWT. Bahkan<br />selama masa kehamilan<br />itu, mereka tetap<br />diperbolehkan untuk<br />melakukan hubungan<br />suami isteri. Jadi<br />mengapa harus diulang?<br />Perbedaan Antara Wanita<br />Pezina dengan Wanita<br />Yang Pernah Berzina<br />Satu hal lagi yang perlu<br />dijelaskan duduk<br />perkaranya adalah<br />perbedaan hukum antara<br />dua istilah. Istilah yang<br />pertama adalah ‘wanita<br />pezina’, sedangkan yang<br />kedua adalah ‘wanita<br />yang pernah berzina’.<br />Antara keduanya sangat<br />besar bedanya. Wanita<br />pezina itu adalah wanita<br />yang pernah melakukan<br />zina, belum bertaubat,<br />bahkan masih suka<br />melakukannya, baik<br />sesekali atau seringkali.<br />Bahkan mungkin punya<br />pandangan bahwa zina<br />itu halal.<br />Wanita yang bertipologi<br />seperti ini memang<br />haram dinikahi, sampai<br />dia bertaubat dan<br />menghentikan<br />perbuatannya secara<br />total. Dan secara tegas,<br />Allah SWT telah<br />mengahramkan laki-laki<br />muslim untuk menikahi<br />wanita pezina. Dan<br />wanita seperti inilah yang<br />dimaksud di dalam surat<br />An-Nur berikut ini.<br />Laki-laki yang berzina<br />tidak mengawini<br />melainkan perempuan<br />yang berzina, atau<br />perempuan yang musyrik;<br />dan perempuan yang<br />berzina tidak dikawini<br />melainkan oleh laki-laki<br />yang berzina atau laki-<br />laki musyrik, dan yang<br />demikian itu diharamkan<br />atas oran-orang yang<br />mu ’min. (QS. An-Nur: 3)<br />Adapun wanita yang<br />pernah berzina, lalu dia<br />menyesali dosa-dosanya,<br />kemudian bertaubat<br />dengan taubat nashuha,<br />serta bersumpah untuk<br />tidak akan pernah<br />terjatuh di lubang yang<br />sama untuk kedua<br />kalinya, maka wanita<br />seperti ini tidak bisa<br />disamakan dengan<br />wanita pezina.<br />Ayat di atas tidak bisa<br />dijadikan dalil untuk<br />mengharamkan<br />pernikahan bagi dirinya,<br />hanya lantaran dia<br />pernah jatuh kepada dosa<br />zina.<br />25 September jam 19:50 · Suka · 1<br />· Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Al-Imam An-Nawawi<br />(Al-Majmu':17/384)<br />berpendapat, bila<br />seorang laki-laki berzina<br />dengan seorang wanita,<br />tidak diharamkan<br />baginya untuk<br />menikahinya. Hal ini<br />sebagaimana firman Allah<br />Swt, "Dan dihalalkan bagi<br />kamu selain yang<br />demikian (yaitu) mencari<br />isteri-isteri dengan<br />hartamu untuk dikawini<br />bukan untuk<br />berzina." (QS. An-Nisa:24)<br />Demikian dengan hadits<br />A'isyah, bahwasanya<br />Rasulullah Saw ditanya<br />tentang seorang laki-laki<br />yang telah berzina<br />dengan seorang<br />perempuan, lalu ingin<br />menikahinya, maka<br />Rasulullah Saw bersabda,<br />"Yang haram itu tidak<br />bisa mengharamkan yang<br />halal dan bahwasanya ia<br />tetap haram selama tidak<br />menikahinya." (HR. Ibnu<br />Majah, Baihaqi dari Ibnu<br />Umae dan dalam<br />isnadnya Abdullah bin<br />Umar, Dia dha'if)<br />Dalam hal ini bermacam-<br />macam ungkapan para<br />ulama. MEnurut Ibnu<br />Abbas ra, "Pertamanya<br />haram dan akhirnya<br />halal." Ibnu Mas'ud ra<br />berkata, "Keduanya<br />adalah pezina, kalau<br />bertobat maka boleh<br />keduanya untuk<br />menikah." Abu Bakar ra<br />berpendapat, "Tidak<br />diharamkan baginya<br />menikahi wanita<br />tersebut." Bahkan ia<br />mengatakan, "Tidak ada<br />taubat yang lebih utama<br />dari zina kecuali ia<br />menikahinya." Demikian<br />menurut Jabir bin<br />Abdullah, Qatadah, Ibnu<br />Musayyib, Sa'ad bin<br />Jubair, "Tidak mengapa<br />menikahinya dengan<br />syarat dia bertaubat dan<br />islah. Bila tidak, maka<br />hukumnya makruh."<br />Mereka beralasan<br />dengan firman Allah Swt<br />surat An-Nisa ayat 24.<br />Karenanya, Ibnu Taimiyah<br />(Majmu' Fatawa:32/109)<br />berkata, "Haram<br />menikahi wanita pezina<br />sehingga ia bertaubat.<br />Baik wanita tadi berzina<br />dengan laki-laki yang<br />akan menikahinyaatau<br />dengan laki-laki lain."<br />Dan seperti inilah<br />pendapat para ulama<br />shalaf dan khalaf.<br />Imam Malik dan Ahmad<br />mensyaratkan adanya<br />istibra' (masa menunggu<br />untuk mengetahui dia<br />hamil atau tidak), dan<br />Abu Ya'la mensyaratkan<br />setelah tiga bulan (masa<br />iddah). Tapi menurut Ibnu<br />Taimiyah, yang lebih<br />benar tidak diwajibkan<br />kecuali istibra' saja, tidak<br />usah menunggu masa<br />iddah.<br />Adapun bila laki-laki<br />muslim yang menjaga<br />kehormatannya ingin<br />menikahi seorang wanita<br />pezina, atau seorang<br />wanita muslim yang<br />menjaga kehormatannya<br />ingin menikahi seorang<br />laki-laki pezina, maka<br />hukumnya makruh.<br />Karena hadits Nabi Saw<br />memerintahkan agar<br />menikahi mereka yang<br />memiliki dien yang baik,<br />dan juga dengan alasan<br />firman Allah Swt, "Laki-<br />laki yang berzina tidak<br />mengawini melainkan<br />perempuan yang berzina<br />atau perempuan musyrik<br />dan perempuan pezina<br />tidak dikawini melainkan<br />laki-laki yang berzina<br />atau laki-laki musyrik dan<br />yang demikian itu<br />diharamkan atas orang-<br />orang beriman." (QS. An-<br />Nuur:3)<br />Jadi secara umum para<br />ulama membolehkan<br />seorang laki-laki<br />menikahi wanita yang<br />pernah berzina<br />dengannya, dengan<br />syarat setelah bertaubat<br />dan istibra', dan tidak<br />usah menunggu masa<br />iddah. Khalifah Umar ra<br />juga pernah menghukum<br />laki-laki yang menzinahi<br />perempuan dan hamil,<br />lalu beliau menikahkan<br />keduanya.<br />walluhu'alamUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-92105579248416742862010-12-26T02:09:00.000-08:002010-12-26T02:11:30.196-08:00DOA APA SUPAYA MUDAH DALAM MELAHIRKAN.??Ibu imam Syafie,<br />ketika mengandungkan<br />Imam Syafie sentiasa<br />membaca al-Quran<br />terutamanya surah al-<br />Fatihah dan surah Yasin.<br />Sewaktu membaca,<br />ibunya menyeru anaknya<br />supaya memahami apa<br />yang di bacanya. Tidak<br />hairanlah, Imam Syafie<br />boleh menghafal al-quran<br />30 juzu ’ sejak umurnya 7<br />tahun, kerana sejak<br />dalam kandungan lagi ia<br />telah belajar al-Quran.<br />· Antara surah2 yang di<br />galakkan membaca<br />ketika mengandung ialah:<br />i. Surah al-Fatihah<br />ii. Surah Maryam<br />iii. Surah Luqman<br />iv. Surah Yusuf<br />v. Surah Hujurat<br />vi. Surah Yasin<br />vii. Surah At-taubah<br />viii. Surah an-Nahl<br />Banyak berdoa:<br />· Sentiasalah berdoa agar<br />Allah kurniakan anak<br />yang soleh/solehah.<br />Sekurangnya setiap lepas<br />sembahyang, bacalah doa<br />khusus untuk ibu yang<br />sedang mengandung<br />seperti:<br />i. Doa di baca setiap hari:<br />“ Ya Allah, peliharalah<br />anakku selama di dalam<br />kandunganku dan<br />sembuhkanlah segala<br />penyakit. Sesungguhnya<br />Engkau Maha Penyembuh<br />dan tiada sembuhan<br />melainkan dengan<br />penawar-Mu . ya Allah,<br />lahirkanlah dari<br />kandunganku ini dengan<br />kelahiran yang mudah<br />dan sejahtera. Ya Allah,<br />jadikanlah anakku ini<br />sihat dan sempurna,<br />cerdik, berakal dan<br />berilmu serta beramal<br />soleh. Ya Allah,<br />elokkanlah perangainya,<br />fasihkanlah lidahnya dan<br />merdukanlah suara untuk<br />membaca al-Quran<br />dengan berkat Nabi<br />Muhammad saw ”.<br />ii. Doa memohon rahmat<br />Allah:<br />“ Ya Tuhan kami,<br />janganlah jadikan hati<br />kami condong kepada<br />kesesatan setelah Engkau<br />beri petunjuk dan<br />kurniakan kepada kami<br />rahmat di sisi Engkau,<br />kerana Engkaulah Maha<br />Pemberi. Ya Tuhan kami,<br />sesungguhnya engkaulah<br />yang akan<br />mengumpulkan manusia<br />di akhirat untuk<br />pembalasan, yang mana<br />hari itu tiada keraguan<br />lagi. Sesungguhnya<br />Engkau tidak menyalahi<br />janji ” (surah Ali- Imran:<br />8-9)<br />iii. Doa agar mendapat<br />anak soleh/solehah:<br />“ ya Tujanku, berikanlah<br />kepadaku seorang anak<br />yang soleh. Sesungguhnya<br />Engkau Maha Mendengar<br />permohonanku ” (Ali-<br />Imran: 38)<br />· Kepentingan anak soleh<br />kepada sesebuah<br />keluarga adalah sangat<br />penting, kerana doa anak<br />yang soleh sebagai<br />penyambung pahala<br />setelah ibu bapa<br />meninggal dunia.<br />· Sabda Nabi SAW,<br />maksudnya<br />“ Apabila mati seseorang<br />itu, terputuslah<br />amalannya kecuali 3<br />perkara: sedekah jariah,<br />ilmunya yg di manfaatkan<br />orang dan anak yang<br />soleh yang sentiasa<br />mendoakan untuk kedua<br />ibu bapa mereka ” (hadith<br />Riwayat Muslim)<br />iv. Doa ketika menanti<br />saat hampir bersalin:<br />· Ketika hampir bersalin<br />atau sedang menunggu<br />waktu bersalin, para ibu<br />janganlah asyik risau<br />atau menjerit kesakitan,<br />tetapi eloklah di gantikan<br />dengan wirid atau zikir<br />atau doa. Sebaik2 doa<br />dan wirid adalah seperti<br />di bawah:<br />Maksudnya:<br />“ Sesungguhnya tiada<br />tuhan melainkan Engkau,<br />Maha Suci Engkau,<br />Sesungguhnya aku adalah<br />termasuk orang yang<br />sentiasa menzalimi<br />diri ” (Al-Anbiya: 87)<br />Selanjutnya bacalah ayat<br />kursi, surah al-ikhlas,<br />surah Al- Falaq, An-Nas,<br />berulang-ulang kali<br />sehingga bersalin.<br />v. Doa setelah selamat/<br />selesai bersalin:<br />“ Aku memohon<br />perlindungan dengan<br />kalimat Allah yang<br />sempurna daripada<br />semua syaitan-syaitan<br />dan binatang2 yang<br />berbisa dan daripada<br />pandangan mata jahat”<br />vi. Doa untuk<br />menghilangkan lemah-<br />lemah dan sakit selepas<br />bersalin:<br />“ Ya Allah, sesungguhnya<br />aku ini lemah, kuatkanlah<br />aku. Sesungguhnya aku<br />ini hina dan muliakanlah<br />aku. Aku miskin dan<br />berikanlah aku rezeki ”Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-66458690338597254632010-12-26T02:06:00.000-08:002010-12-26T02:08:05.994-08:00KAPAN JANIN DI TIUPKAN RUH.??Para ulama umumnya<br />mengataka bahwa ruh<br />ditiupkan<br />pada janin ketika berusia<br />120 hari, sejak dari<br />terbentuknya. Dalil-dalil<br />yangdikemukakan cukup<br />banyak, di antaranya<br />adalah:<br />Dari Abdullah bin Mas ’ud<br />ra berkata bahwa<br />Rasulullah SAW bersabda,<br />Sesungguhnya setiap<br />kamu dibentuk di perut<br />ibunya selama 40 hari,<br />kemudian berbentuk<br />‘alaqah seperti itu juga,<br />kemudian menjadi<br />mudhghah seperti itu<br />juga. Kemudian Allah<br />mengutus malaikat untuk<br />meniupkan ruh dan<br />menetapkan 4 masalah ….<br />{HR.Bukhari, Ibnu Majah,<br />At-Tirmizy}<br />Para ulama kemudian<br />menghitung ketiga masa<br />itu menjadi 40 hari<br />tambah 40 hari tambah 40<br />hari, sehingga masa<br />peniupan ruh itu<br />menjadi 120 hari sejak<br />pertama kali janin<br />terbentuk.Inilah<br />pendapat yang paling<br />umum dipegang oleh<br />paraulama selama ini.<br />Namun sebagian kecil<br />lainnya melihat ada dalil<br />lain yang tidak sama.<br />Misalnya hadits berikut<br />ini.Dari Hudzaifah bin<br />Usaid raberkata, Aku<br />mendengar<br />Rasulullah SAW bersabda,<br />Apabila nutfah telah<br />berusia empat puluh dua<br />malam,maka Allah<br />mengutus malaikat, lalu<br />dibuatkan bentuknya,<br />diciptakan<br />pendengarannya,<br />penglihatannya, kulitnya,<br />dagingnya, dan<br />tulangnya. Kemudian<br />malaikat bertanya, ra<br />Rabbi, laki-laki ataukah<br />perempuan?` Lalu Rabb-<br />mu menentukan sesuai<br />dengan kehendak-Nya,<br />dan malaikat menulisnya,<br />kemudian dia bertanya,<br />Ya Rabbi, bagaimana<br />ajalnya?` Lalu Rabb-mu<br />menetapkan sesuai<br />dengan yang<br />dikehendaki-Nya, dan<br />malaikat menulisnya.<br />Kemudian ia bertanya,<br />`Ya Rabbi, bagaimana<br />rezekinya?` Lalu Rabb-<br />mu menentukan sesuai<br />dengan yang<br />dikehendaki-Nya, dan<br />malaikat menulisnya.<br />Kemudian malaikat itu<br />keluar dengan membawa<br />lembaran catatannya,<br />maka ia tidak menambah<br />dan tidak mengurangi<br />apa yang diperintahkan<br />itu. Hadits ini<br />menjelaskan diutusnya<br />malaikat dan dibuatnya<br />bentuk bagi nutfah<br />setelah berusia enam<br />minggu , bukan setelah<br />berusia 120 hari<br />sebagaimana disebutkan<br />dalam hadits di atas.<br />Sehingga sebagian ulama<br />berpendapat<br />bahwapeniupan ruh itu<br />dilakukan pada usia janin<br />42 hari berdasarkan<br />hadits ini.<br />Namun sebagian ulama<br />lainnya<br />mengkompromikan kedua<br />hadits tersebut dengan<br />mengatakan bahwa<br />malaikat itu diutus<br />beberapa kali,<br />pertama pada waktu<br />nutfah berusia empat<br />puluh hari, dan kali lain<br />pada waktu berusia<br />empat puluh kali tiga hari<br />untuk meniupkan ruh.<br />Secara nalar bila<br />disebutkan bahwa ruh<br />ditiupkan,<br />maka wajar bila janin itu<br />kemudian bisa merespon<br />suara. Akan tetapi<br />apakah respon itu hanya<br />akan terjadi manakala<br />ruh sudah ditiupkan,<br />tentu perlu diselidiki<br />lebih lanjut. Sebab respon<br />itu ada yang berasal dari<br />makhluq bernyawa,<br />tetapi ada juga dari<br />makhluq yang belum<br />bernyawa.<br />Sepanjang apa yang kami<br />ketahui tentang ajaran<br />Islam dan dalil-dalilnya,<br />kami belum pernah<br />menemukan perintah<br />bagi orang hamil untuk<br />mengadakan acara<br />empat bulanan atau tujuh<br />bulanan.<br />Karena tidak ada<br />perintahnya, maka<br />hukumnya tidak<br />merupakan sunnah,<br />apalagi kewajiban. Tetapi<br />apakah hukumnya<br />menjadi haram atau<br />tidak, di situ para ulama<br />seringkali berbeda<br />pendapat.<br />tapi kalau tujuannnya<br />menjalin silaturahmi dan<br />memberi orang<br />makan..dan membaca al-<br />qur'an, baca sholawat<br />boleh-boleh saja.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-86373019220742730882010-12-26T01:57:00.000-08:002010-12-26T02:04:00.430-08:00BOLEHKAH MENIKAHI ADIK IPAR YG BEDA BAPAK TAPI SATU IBU SAMA ISTRI.??Ada dua jenis<br />kemahraman. Pertama,<br />kemahraman yang<br />bersifat abadi dan t idak<br />pernah berubah. Kedua,<br />kemahraman yang<br />bersifat sementara, bisa<br />berubah menjadi tidak<br />mahram.<br />Jenis yang pertama, yaitu<br />yang kemahraman yang<br />bersifat abadi bisa<br />ter...jadi karena tiga hal.<br />Yaitu hubungan nasab,<br />hubungan karena<br />pernikahan dan<br />persusuan.<br />Di antara hubungan<br />mahram yang abadi<br />karena nasab adalah<br />hubungan seorang laki-<br />laki dengan:<br />* Ibunya atau neneknya<br />dan terus ke atas<br />* Anak perempuannya<br />dan terus ke cucu<br />perempuannya ke bawah<br />* Saudari perempuannya<br />* Bibinya dari pihak ayah<br />* Bibinya dari pihak ibu<br />* Anak wanita dari<br />saudara laki-lakinya<br />* Anak wanita dari<br />saudara perempuannya<br />Sedangkan mahram yang<br />abadi karena adanya<br />pernikahan adalah<br />hubungan antara seorang<br />laki-laki dengan:<br />* Ibu dari isterinya<br />(mertua wanita)<br />* Anak wanita dari<br />isterinya (anak tiri)<br />* Isteri dari anak laki-<br />lakinya (menantu<br />peremuan)<br />* Isteri dari ayahnya (ibu<br />tiri)<br />Dan mahram yang abadi<br />karena adanya hubungan<br />persususuan adalah<br />hubungan antara seorang<br />laki-laki dengan:<br />* Ibu yang menyusuinya<br />* Ibu dari wanita yang<br />menyusui (nenek)<br />* Ibu dari suami yang<br />isterinya menyusuinya<br />(nenek juga)<br />* Anak wanita dari ibu<br />yang menyusui (saudara<br />wanita sesusuan)<br />* Saudara wanita dari<br />suami wanita yang<br />menyusui<br />* Saudara wanita dari ibu<br />yang menyusui.<br />Di luar di luar dari<br />hubungan mahram yang<br />bersifat abadi, masih ada<br />jenis mahram yang<br />kedua, yaitu<br />kemahraman yang tidak<br />abadi. Jadi keharaman<br />untuk terjadinya<br />pernikahan hanya untuk<br />sementara waktu saja,<br />tapi karena keadaan<br />tertentu, keharamannya<br />menjadi hilang berganti<br />menjadi boleh untuk<br />terjadinya pernikahan.<br />Di antaranya adalah<br />hubungan seorang laki-<br />laki dengan:<br />* Saudari perempuan<br />isterinya, atau yang<br />dikenal dengan adik/<br />kakak ipar. Bila isteri<br />wafat atau dicerai, maka<br />mantan ipar bisa jadi<br />isteri.<br />* Isteri orang lain,<br />hukumnya haram<br />dinikahi. Tetapi bila<br />suaminya wafat atau<br />wanita itu dicerai<br />suaminya dan telah habis<br />iddahnya, maka wanita<br />itu boleh dinikahi<br />* Mantan isteri yang<br />ketika cerai dengan<br />metode talak tiga.<br />Hukumnya haram<br />dinikahi, tetapi bila<br />mantan isteri itu pernah<br />menikah dengan laki-laki<br />lain dan telah terjadi<br />dukhul, lalu dicerai<br />suaminya dan telah habis<br />masa iddahnya,<br />hukumnya kembali lagi<br />boleh dinikahi<br />* Dan masih banyak lagi<br />contoh lainnya.Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-78281068104857083052010-12-24T21:00:00.000-08:002010-12-24T21:02:46.759-08:00MITOS-MITOS SAAT MASA HAMILassalamualaikum wr wb..<br />p'ustad,srg sy dgr dr kiri<br />dan kanan bahkan dr<br />org2 tua dulu klo kita<br />sedang hamil jgn<br />mempersiapkan apapun<br />terlebih dahulu sebelum<br />usia kandungan<br />7bln..bagaimana<br />pandangan islam tentang<br />hal ini???<br />satu gy p'ustad..ketika<br />hamil katanya kita tdk<br />boleh bicarangan<br />sembarangan dan harus<br />bilang amit2 ketika<br />kelepasan ngomong<br />sesuatu..apa maksudnya<br />itu ya pa??terima kasih<br />p'jelasan'y..<br />wassalamualaikum wr<br />wb..<br />02 Oktober jam 13:08 · Suka<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Waalaikum<br />salam,wr,wb.<br />Kehamilan adalah<br />karunia Allah dan nikmat<br />tersendiri bagi wanita.<br />Kebahagiaan yang<br />tentunya sangat<br />diidamkan oleh setiap<br />keluarga, kehadiran si<br />buah hati yang dinanti.<br />Saat seorang wanita<br />hamil, biasanya akan<br />banyak diberi nasihat<br />oleh kerabat, keluarga,<br />teman juga dari orang<br />sekelilingnya, tentang<br />pantangan dan keharusan<br />selama masa kehamilan.<br />Walaupun maksud<br />mereka adalah demi<br />kebaikan, tetapi tidak<br />semua dari nasihat<br />kehamilan itu benar<br />secara medis maupun<br />ilmiah. Karena<br />kebanyakan hanya<br />berdasarkan mitos atau<br />kepercayan turun-<br />temurun yang jauh dari<br />kenyataan.<br />Oleh karenanya bila anda<br />hamil sebaiknya selalu<br />menyampaikan informasi<br />yang anda dapatkan<br />kepada dokter atau<br />referensi buku yang<br />dapat dipercaya,<br />sehingga anda<br />mengetahui apa<br />kebenarannya. Jangan<br />hanya mengikuti sesuatu<br />yang anda sendiri tidak<br />mengetahui alasan dan<br />kenyataannya.<br />…Jangan hanya mengikuti<br />sesuatu yang anda sendiri<br />tidak mengetahui alasan<br />dan kenyataannya …<br />Inilah beberapa fakta<br />penangkis mitos seputar<br />kehamilan:<br />1. Tidak boleh memotong<br />atau menjahit baju.<br />Mitos: Tidak boleh<br />memotong atau menjahit<br />baju selama kehamilan<br />atau anak akan lahir<br />dengan bibir sumbing.<br />Fakta: Bibir sumbing<br />biasanya karena<br />pengaruh obat-obatan<br />yang diminum ibu saat<br />hamil, efek radiasi atau<br />faktor genetic. Oleh<br />karenanya x-ray tidak<br />dilakukan selama<br />kehamilan kecuali atas<br />indikasi tertentu.<br />2. Minuman dari kacang<br />kedelai (susu kacang)<br />akan membuat kulit bayi<br />berwarna putih.<br />Mitos: minum susu<br />kacang atau makanan<br />dari kacang kedelai akan<br />membuat bayi berkulit<br />putih.<br />Fakta: warna kulit<br />seseorang dipengaruhi<br />oleh faktor genetika ayah<br />dan ibunya, bukan dari<br />susu kedelai.<br />3. Jeruk akan<br />meningkatkan lendir<br />pada bayi dan resiko<br />kuning pada bayi baru<br />lahir.<br />Mitos: Jangan makan<br />jeruk terlalu sering akan<br />meningkatkan lendir<br />pada paru bayi dan resiko<br />kuning saat bayi lahir.<br />Fakta: Jeruk adalah<br />sumber vitamin C dan<br />serat yang baik.<br />4. Minum air es akan<br />menyebabkan bayi besar.<br />Mitos: Sering minum es<br />saat hamil menyebabkan<br />bayi besar dan akan sulit<br />lahir.<br />Fakta: Bayi besar<br />biasanya berhubungan<br />dengan ibu hamil yang<br />mempunyai penyakit<br />kencing manis. Jadi<br />mungkin es ini diminum<br />oleh ibu hamil yang<br />memang dengan riwayat<br />penyakit kencing manis.<br />Jadi bukan minum es lalu<br />menyebabkan bayi besar<br />karena air es akan<br />dikeluarkan oleh tubuh<br />sebagai keringat atau air<br />seni.<br />5. Makanan pedas akan<br />menyebabkan bayi lahir<br />dengan bercak kulit<br />kemerahan atau berkulit<br />lebih gelap.<br />Mitos: Makan makanan<br />pedas saat hamil akan<br />menyebabkan bayi lahir<br />dengan bercak kulit<br />kemerahan atau bayi<br />akan berkulit lebih gelap/<br />hitam.<br />Fakta: Sekali lagi warna<br />kulit seseorang tidak<br />ditentukan oleh makanan<br />pedas, tapi factor genetic<br />dari orang tuanya. Dan<br />faktanya bahwa makan<br />makanan pedas saat<br />hamil, membuat rasa tak<br />enak di perut apalagi bila<br />anda sedang mual, jadi<br />bukan karena<br />menyebabkan bercak<br />kemerahan pada kulit.<br />…ingatlah untuk selalu<br />mendapatkan fakta dan<br />kebenaran secara medis<br />atau ilmiahnya …<br />Banyak lagi mitos<br />kehamilan lainnya yang<br />terdapat dalam<br />masyarakat kita. Ketika<br />anda sedang hamil dan<br />mendapatkan berbagai<br />nasihat atau pantangan,<br />ingatlah untuk selalu<br />mendapatkan fakta dan<br />kebenaran secara medis<br />atau ilmiahnya. Anda<br />dapat bertanya kepada<br />dokter anda untuk<br />memastikannya sebelum<br />anda hanya sekedar<br />mengikutinya saja.<br />mitos kehamilan wanita<br />hamil, bolehkah ibu hamil<br />menjahit, mitos<br />pantangan ibu hamil,<br />pengaruh es pada<br />kehamilan, pandangan<br />islam tentang mitos<br />kehamilan, mitos hamil,<br />mitos pada masa<br />kehamilan, kehamilan<br />secara islam, kehamilan<br />dalam islam, efek jeruk<br />untuk kehamilan,<br />makalah mitos tentang<br />kehamilan, pantangan<br />buat orang hamil, MITOS<br />MAKANAN IBU HAMIL,<br />mitos pantangan saat<br />hamil, makalah mitos di<br />indonesia, muslimah<br />dalam masa kehamilan,<br />fakta mitos pantangan<br />makanan ibu hamil,<br />kehamilan menurut islam,<br />pantangan hamil islam,<br />jeruk akan meningkatkan<br />lendir pada bayi dan<br />resiko kuning pada bayi<br />baru lahir, nitos dan<br />fakta pada masa<br />kehamilan, mitos di masa<br />kehamilan, mitos<br />pantangan wanita hamil,<br />mitos dan fakta pada ibu<br />hamil, Mitos dalam masa<br />kehamilan, Mitos buat<br />org hamil, mitos bagi<br />wanita hamil, mitos<br />selama masa kehamilan,<br />minum air es akan<br />menyebabkan bayi besar<br />menurut agama islam,<br />mitos-mitos pada masa<br />kehamilan<br />06 Oktober jam 9:17 · Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Kalu bicara amit-<br />amit dan yang kurang<br />baik , memang itu tidak<br />boleh baik waktu hamil<br />atau tidak hamil.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-85505413543299310112010-12-24T20:15:00.000-08:002010-12-24T20:17:40.488-08:00PACARAN TIDAK DI RESTUI ORTUSi A berpacaran dengan si<br />B, dan mereka saling<br />mencintai. Si A sudah<br />bekerja dengan gaji<br />pas2an, si B masih<br />sekolah kelas 3 SMA.<br />Orang tua si B tak<br />menyetujui hubungan<br />mereka, (1) karena si A<br />cuma kerja sebagai<br />karyawan dengan gaji<br />pas2an, (2) karena si A<br />berasal dari daerah<br />Karawang atau orang<br />Karawang, (3) di mata<br />orang tua si A bahwa si B<br />itu pelit, sebenarnya<br />masalah pelit atau tidak<br />pelitnya si B hanya Allah<br />yang tahu/yang berhak<br />menilai sebenarnya.<br />Mohon bimbingannya dan<br />solusinya, guru...!<br />03 Oktober jam 8:19 · Suka<br />2 orang menyukai ini.<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Apakah itu ciri-ciri<br />orang pelit? Hanya<br />karena satu dua orang<br />Padang tak mau<br />menggunakan uangnya<br />tanpa control, orang<br />Padang sudah dicap pelit.<br />Hendaknya dibedakan<br />antara pelit, hemat dan<br />penuh perantauan. Kami<br />perantau yang melewati<br />beberapa provinsi dan<br />negara agar bisa eksis,<br />kami harus punya disiplin<br />keuangan yang kuat, soal<br />kedermawanan jangan<br />diajari, hanya kami yang<br />punya Gebu Minang,<br />Gerakan Seribu Minang.<br />Orang Jawa digambarkan<br />ngeyel, mau benar<br />sendiri, apa benar<br />begitu? Orang Jawalah<br />yang harus menjawab.<br />Orang Betawi sok jago?<br />hanya beberapa ketemu<br />orang Betawi tipe ini.<br />Salah satunya . Tapi saya<br />ragu menggolongkan ini<br />sebagai karakter khas<br />Betawi, lebih pas<br />karakter preman tengik,<br />dan itu bisa ditemukan<br />juga di etnis-etnis lainya<br />di Indonesia.<br />Mayoritas Betawi yang<br />adalah ramah, baik hati,<br />suka menolong dan<br />ceplas ceplos, tapi<br />kayaknya itu sudah<br />budaya mereka yang<br />selau saling tolong-<br />menolong, prinsipnya lu<br />tolong gua, gua tolong lu,<br />akan ada waktunya kita<br />saling membutuhkan.<br />Orang Batak dikatakan<br />tak punya otak. Cuma<br />mengandalkan otot yang<br />juga tak seberapa. Aneh,<br />padahal pengacara paling<br />banyak dari Batak.<br />Pengusaha sukses juga<br />tak kurang.., mungkin<br />yang lebih cocok menilai<br />mereka para pengamat<br />penjilatan,<br />Khusus orang Padang,<br />seperti juga etnis lainnya<br />tentu ada yang pelit.<br />Kalau di Padang kami<br />menyebutnya jaguang<br />(jagung). Kiasannya orang<br />seperti itu kalau buang<br />hajatnya jagung, pasti<br />dimakannya lagi, saking<br />pelitnya. Bung Hatta suka<br />menempelkan sabun lama<br />dengan sabun baru agar<br />sabun itu benar-benar<br />terpakai habis, tidak<br />mubazir, pelitkah sikap<br />ini?<br />Banyak orang Padang<br />lebih suka menyumbang<br />dengan nama Hamba<br />Allah, sumbangannya<br />sampai milyaran rupiah,<br />apa namanya ini?<br />Pelitkah? Atau tak mau<br />pamer?<br />Memang orang Padang<br />(baca Minangkabau)<br />terkenal kareh angok<br />(gigih), karengkang,<br />kareh kapalo<br />(kopig, keras kepala,<br />kepala batu, tak mau<br />kalah), egois (suka<br />menang sendiri dan<br />mendahulukan<br />kepentingan sendiri),<br />rancak di labuah<br />(tampaknya saja bagus),<br />jinaha (licik dan licin),<br />tapi apakah etnis lain<br />juga tak begini? Etnis<br />yang punya tradisi<br />merantau sepertinya<br />seperti ini semua, karena<br />sikap-sikap seperti itu<br />sangat dibutuhkan untuk<br />bertahan dan<br />mempertahankan<br />eksistensi di ranah rantau<br />yang keras.<br />Mungkin orang yang<br />bertemu orang Padang<br />dan merasakan<br />kepelitannya lalu<br />sesumbar ke mana-mana<br />sampai jadi sterotype<br />dulu itu sedang sangat<br />butuh pinjaman duit, tapi<br />nggak bisa membujuk<br />orang Padang agar<br />memberinya uang. Kalau<br />kaya ’ gini belum tentu<br />orang Padang itu yang<br />pelit, tapi dianya aja yang<br />mudah sekali minta-<br />minta .<br />Dengan demikian<br />stereotype orang Padang<br />pelit ini seharusnya tak<br />perlu lagi dijual sebagai<br />komoditi, begitu juga<br />stereotype untuk etnis-<br />etnis lainnya, karena<br />sudah jelas<br />penggeneralisasian ini<br />adalah pekerjaan bodoh<br />yang hanya dilakukan<br />oleh orang-orang bodoh,<br />Maka dari itu. janganlah<br />menuduh oranmg<br />sembarangan.kita jangan<br />mengukur orang lain dari<br />diri kita, tapi lihatlah<br />orang lain berdasarkan<br />pandangan orang<br />tersebut. wallohu'alam<br />06 Oktober jam 9:30 · Suka · 1 ·<br />Hapus<br />Baliel Bersoejoed Guru...<br />Si A d'putusin oleh oleh<br />pacarnya, yaitu si B. Si B<br />mutusin si A karena<br />ibunya si B tidak setuju,<br />karena alasan<br />keduniawian. Si A harus<br />bagaimana dengan<br />kenyataan ini, guru...?<br />Padahal d'dalam hati si A<br />sangat cinta & sayang<br />sekali kepada si B,<br />berniat setia, sungguh2,<br />berniat jika menikah<br />nanti akan membimbing<br />si B lebih bertaqwa untuk<br />menuju keluarga sakinah,<br />mawaadah wa rohmah.<br />Dan harus berpikiran<br />bagaimana, supaya si A<br />tidak bersedih lagi<br />karena kenyataan itu?<br />Mohon bimbingannya<br />nenurut Islam!<br />11 Oktober jam 12:14 · Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Bersabarlah. karna<br />ada yang lebihh kita<br />cintai dari segala-galanya<br />yaitu Alloh Swt. juga<br />rosululloh, kedua orang<br />tua, kalau pacar berarti<br />cinta yang kesekian....jadi<br />tak harus di pikirkan.<br />kalau memang si A suka<br />datang saja meminang.<br />atau menikahkan.Si<br />gadis. buktikan, bukan<br />dengan pacaran.kalau<br />orang tua tidak setuju.<br />dan gadis itu<br />menyukainya dengan si<br />A . hakim boleh<br />menikahkannya kok.<br />karna saling mencintai.<br />wallohu'alam<br />12 Oktober jam 10:39 · Suka · Hapus<br />Baliel Bersoejoed Itu<br />termasuk perbuatan<br />durhaka tidak bagi si B,<br />guru...? Karena 'kan<br />sudah melawan ortunya...<br />Mohon bimbingannya,<br />guru...!<br />Oh ya guru...<br />Mertua bagi si menantu,<br />apakah menurut Islam<br />sama seperti orang<br />tuanya sendiri ?<br />Terima kasih banyak,<br />guru...!<br />12 Oktober jam 12:09 · Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam urusan nikah, tidak<br />termasuk durhaka. ini<br />bukan menurut saya tapi<br />menurut ilmu fiqih.kalau<br />orang tua tidak mau<br />menikahkan padahal si b,<br />sudah mau mempunyai<br />pasangan nikahkan. tak<br />ada alasan orang tua<br />melarangnya. sebab<br />kalau tak di nikahkan,<br />bisa terjadi perzinahan.<br />12 Oktober jam 14:52 · Suka · Hapus<br />Baliel Bersoejoed Guru...<br />Orang tua si B 'kan<br />melarang juga karena<br />ada alasannya, guru...<br />Misalnya takut anaknya<br />dibawa melarat,<br />menderita, dan tak<br />bahagia suatu kelak<br />nanti, bila si B d'nikahkan<br />dengan si A...<br />Bagaimana tuh, guru...?<br />Mohon pencerahannya,<br />guru...!<br />12 Oktober jam 18:08 · Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam soal melarat dan<br />tidak itu urusan Alloh.dan<br />itu bukan suatu<br />alasan,Rizki semua dari<br />Alloh, kita hanya<br />berusaha saja.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-72413800073569914982010-12-24T07:04:00.000-08:002010-12-24T07:06:10.649-08:00BAGAIMANA HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN.??Al-Qodhi Asy-Syaikh<br />Muhammad Ahmad<br />Kan ’anSesungguhnya<br />aqad nikah merupakan<br />ikatan yg kokoh dan kuat<br />krn masing-masing suami<br />isteri terikat dgn ikatan<br />ini dgn haq-haqnya dan<br />jadilah suami<br />bertanggung jawab<br />kepada isterinya dgn<br />menjaga sebagian syarat-<br />syarat yg tidak<br />diterangkan disiniA.<br />SYARAT- SYARAT AQAD<br />NIKAHTelah kami<br />sebutkan di awal bab<br />satu tentang makna<br />nikah dan hukumnya dan<br />akan kami sebutkan<br />dalam bab ini syarat-<br />syarat syar’i yg harus<br />dipenuhi utk syahnya<br />nikah serta hukum-<br />hukum syar ’i yg timbul<br />darinya. Sesungguhnya<br />aqad nikah itu suatu<br />ungkapan dari ‘ijab’ dan<br />‘qobul’ yg memulai aqad<br />disebut ‘al-mujib’ dan<br />pihak yg lain disebut<br />‘ qabil’. Dan mungkin<br />adanya ‘ijab’ dari laki-laki<br />atau wakilnya dan bisa<br />jadi dari wanita atau<br />wakilnya demikian pula<br />‘ qobul’.Dan lafadh yg<br />shohih utk ‘aqad nikah’<br />yg tidak ada khilaf<br />padanya adl : {…<br />‘zawwajtuka.. ‘ atau .<br />Ketika seorang wanita<br />berkata Kukawinkan<br />diriku .. atau berkata<br />wakilnya Kukawinkan<br />engkau.. maka telah<br />terwujud ‘ijab dari satu<br />sisi. Bila di sisi lain telah<br />berkata : {’Qobiltu’{aku<br />terima}} maka telah<br />terjadilah ‘aqad nikah’<br />bila telah terpenuhi<br />syarat-¬syaratnya.<br />Antara lain :1. Tatkala<br />ijab qobul disebutkan<br />‘ maharnya’ baik kontan<br />atau pun hutang. Dan<br />disebutkan syarat lain<br />jika ada seperti<br />dijadikannya kekuasaan<br />atau perlindungan di<br />tangan isteri sehingga dia<br />bisa menentukan kapan<br />cerainya atau sampai<br />batas waktu tertentu dgn<br />perceraian sekali yg<br />ba ’in .2. Dan syarat nikah<br />yg terpenting adl<br />hadirnya dua saksi yg<br />merdeka baligh berakal<br />muslim utk pernikahan<br />muslim dan muslimat yg<br />mendengar ucapan aqad<br />nikah dan faham bahwa<br />itu aqad nikah dan syah<br />jika dua saksi itu dari<br />kerabat suami istri<br />seperti bapak atau<br />saudara laki-laki atau<br />anaknya.B. HUKUM-<br />HUKUM AQAD<br />NIKAHSesungguhnya aqad<br />nikah merupakan ikatan<br />yg kokoh dan kuat krn<br />masing-masing suami<br />isteri terikat dgn ikatan<br />ini dgn haq-haqnya dan<br />jadilah suami<br />bertanggung jawab<br />kepada isterinya dgn<br />menjaga sebagian syarat-<br />syarat yg tidak<br />diterangkan disini. Dan<br />hukum yg terpenting dari<br />ikatan ini adalah: •<br />Tetapnya pernikahan<br />diantara dua orang yg<br />berakal dan mengenai<br />keduanya hukum-hukum<br />pernikahandan halal<br />bersenang-senang satu<br />sama lainnya dan jadilah<br />haram ibu dari isterinya<br />dan tetaplah waris dari<br />kedua belah pihak . •<br />Wajib bagi suami dgn<br />sekedar aqad nikah :1.<br />Memberi ‘mahar’ baik<br />kontan maupun hutang2.<br />Memberi nafkah dgn<br />segala macamnya yaitu :<br />makananpakaian tempat<br />tinggal dll kepada wanita<br />yg dinikahi. • Yang harus<br />dilakukan suami atas<br />isterinya :1. Ditetapkan<br />bagi suami harus<br />mendidik si isteri dgn<br />cara yg baik krn suami<br />tersebut adalah<br />pemimpin atas<br />isterinya.2. Isteri wajib<br />mentaatinya dalam hal-<br />hal yg mubah dan<br />memelihara<br />kehormatannya dan wajib<br />tinggal di rumah dan<br />tidak keluar dari<br />rumahnya kecuali dgn izin<br />suaminya atau krn<br />keadaan darurat.3. Bagi<br />isteri tidak boleh<br />menghalangi hak suami<br />utk bersenang-senang<br />dengannya kecuali<br />karena udzur seperti<br />haidh.C. MENIKAH<br />DENGAN SELAIN<br />MUSLIMIN DAN<br />MUSLIMAHKami ingin<br />menjelaskan hukum syar<br />‘ i tentang perkawinan<br />perempuan muslimah dgn<br />lelaki non-muslim dan<br />sebaliknya sebab<br />perkawinan ini berkaitan<br />dgn syarat-syarat dan<br />hukum- hukumnya.<br />Penjelasan adl sebagai<br />berikut:Perkawinan<br />Muslimah dgn Lelaki Non-<br />MuslimSudah diketahui<br />secara syar ’i bahwasanya<br />tidak boleh bagi seorang<br />muslimah utk kawin<br />dengan lelaki non-muslim<br />secara mutlak apapun<br />agama dan keyakinannya<br />termasuk ahlul kitab.<br />Kalau hal ini terjadi maka<br />perkawinannya tidak<br />syah atau batil. Dan tidak<br />mengakibatkan satu<br />hukumpun dari hukum-<br />hukum perkawinan<br />sehingga tidak<br />ditetapkan nasab anak<br />kepada bapaknya dan<br />tidak saling mewarisi<br />setelah kematian salah<br />satunya. Hal ini<br />sebagaimana dalam<br />firman Allah Ta ’ala :( Dan<br />janganlah kamu<br />menikahkan orang-orang<br />musyrik sebelum mereka<br />beriman. Sesungguhnya<br />budak yg mu ’min lbh baik<br />dari orang musyrik<br />sekalipun dia menarik<br />hatimu. ) AI-Baqarah :<br />221Dan yg terpenting dari<br />masalah ini kami ingin<br />mengingatkan kepada<br />kaum muslimin khususnya<br />para wali dan para<br />pemudi utk betul-betul<br />memperhatikan dalam<br />memilih suami sebab<br />bukan merupakan suatu<br />hal yg penting utk segera<br />mengawinkan perempuan<br />dgn sembarang orang<br />tanpa meneliti aqidahnya<br />pola pikirnya dan tanpa<br />mengenal apakah dia itu<br />mukmin atau mulhid<br />muslim atau ahlul kitab<br />penyembah berhala atau<br />budha.Sesungguhnya<br />ikatan perkawinan adl<br />ikatan yg barokah yaitu<br />ikatan hati dan pikiran<br />sebelum ikatan jasad dan<br />syahwat. Maka seorang<br />muslimah butuh kepada<br />pada lelaki yg bisa<br />berjalan bersamanya<br />tidak saling bertentangan<br />antara aqidah dan<br />agamanya supaya jangan<br />sampai suami<br />menghalangi isteri utk<br />menunaikan kewajiban<br />agamanya. Dan kita lihat<br />bagaimana suami yg<br />zindik kafir dan mulhid<br />melarang isterinya<br />berpakaian yg menutup<br />auratnya dan memaksa<br />isterinya utk telanjang di<br />ko!am renang umum<br />mengha!angi mereka<br />menunaikan sholat puasa<br />dan semua perintah-<br />perintah agama<br />mengajak minum khomr<br />dan mengajak ke<br />kekejian. Apakah yg<br />demikian itu suami yg<br />baik?Bukankah lbh baik<br />bagi seorang perempuan<br />utk tidak memiliki suami<br />seumur hidupnya<br />daripada kawin dgn laki-<br />laki yg kafir keras<br />hatinya seperti ini? Yang<br />tidak memahami esensi<br />perkawinan kecuali<br />hanya syahwat saja.<br />Tidakkah perempuan itu<br />bertanya pada dirinya<br />kenapa saya kawin dgn<br />lelaki seperti ini? Kalau<br />dia itu menikah krn<br />kegantengannya<br />kedudukan yg tinggi<br />maka sangatlah mungkin<br />baginya utk<br />mendapatkan lelaki<br />muslim yg sholeh yg<br />memiliki sfat-sifat seperti<br />itu juga. Kalau dia<br />terlanjur sangat<br />mencintainya tergila-gila<br />kepadanya kemudian<br />sampai melemparkan<br />kebenaran itu maka ini<br />adl perempuan yg jelek<br />yang meninggalkan<br />agamanya dan mengikuti<br />syahwatnya.Perkawinan<br />Lelaki Muslim dgn<br />Perempuan Non-<br />MuslimSudah diketahui<br />bahwasanya lelaki muslim<br />tidak boleh menikahi<br />perempuan non-muslim<br />kecuali ahlul kitab selain<br />itu perkawinannya<br />haram. Tidak boleh<br />menikahi perempuan<br />mulhid budha hindu<br />penyembah berhala<br />maupun yg murtad dari<br />islam.<br />09 Oktober jam 2:55 · Suka · Hapus<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam Kami nasehatkan<br />juga bagi para lelaki utk<br />memilih isteri yg baik<br />yaitu muslimah yg<br />sebenarnya yang<br />mencintai Allah dan<br />Rasul-Nya. Bukan seperti<br />perempuan yg tumbuh di<br />lingkungan muslimin tapi<br />memiliki fikrah yg<br />membenci dan memusuhi<br />Islam. Membenci utk<br />menutup aurat maka dia<br />bukan muslimah.<br />Demikian juga<br />perempuan yg tidak<br />mencintai Allah dan<br />Rasul-Nya serta hukum-<br />hukum agama maka dia<br />bukan muslimah.<br />Meskipun dia lahir dari<br />orang tua yg<br />muslim.Wahai lelaki<br />muslim.. pilihlah isteri-<br />isterimu dgn sebaik-<br />pilihan supaya kamu<br />tidak menyesal sebab<br />penyesalan tiada guna.<br />Dan telah kita sebutkan<br />tentang bolehnya<br />menikahi perempuan<br />ahlul kitab menurut<br />hukum syar ’i tetapi hal<br />ini perlu penjelasan<br />sebagai<br />berikut:Sesungguhnya<br />orang muslim menikahi<br />perempuan ahlul kitab<br />adl makruh<br />bagaimanapun<br />keadaannya. Karena<br />seorang mukminah itu lbh<br />baik. Dan syari ’at tidak<br />mernbolehkan menikahi<br />perempuan ahlul kitab<br />kecuali dgn syarat kalau<br />syarat itu tidak terpenuhi<br />maka tidak boleh bahkan<br />menjadi haram.Diantara<br />syarat-syarat itu adl :1.<br />Perempuan itu betul-<br />betul ahlul kitab secara<br />perbuatan dan<br />kenyataan. Maksudnya<br />adl betul-betul memiliki<br />aqidah Yahudi atau<br />Nashara . Jika perempuan<br />itu telah lepas dari<br />keyahudiannya dan<br />kenasroniannya<br />kemudian menjadi mulhid<br />maka tidak boleh<br />menikahinya. Ini adl<br />syarat yg sangat penting<br />bagi kaum muslimin yg<br />be!ajar di negeri timur<br />dan barat yg ingin<br />menikah di sana. Maka<br />wajib baginya utk<br />memastikan keadaaan<br />perempuan ahlul kitab<br />tersebut dgn<br />perbuatannya supaya<br />syah pernikahannya<br />meskipun hal itu dibenci<br />atau makruh.2.<br />Hendaknya lelaki<br />tersebut seorang muslim<br />yg sesungguhnya bukan<br />hanya sekedar Islam KTP<br />supaya tidak memberi<br />kesempatan kepada<br />isterinya mempengaruhi<br />agama dan akhlaq anak-<br />anaknya. Dan tidak<br />seorangpun yg mampu<br />utk berpura-pura tidak<br />mengetahui tentang<br />akibat jelek yg menimpa<br />para pemuda kita yg<br />tinggal dia negeri kafir<br />mereka menikah dengan<br />perempuan negeri<br />tersebut. Maka berapa<br />banyak kaum muslimin yg<br />tenggelam dalam<br />syahwatnya di sana dan<br />terjerumus ke dalam<br />masyarakat yg seperti itu<br />sehingga lupa agamanya.<br />Berapa banyak kaum<br />muslimin yg kehilangan<br />kekuasaan atas anak-<br />anak mereka disebabkan<br />oleh peraturan-<br />¬peraturan jelek yg<br />dibuat oleh isteri-isteri<br />mereka. Maka jadilah<br />anak¬-anaknya itu kafir<br />padahal mereka<br />keturunan muslim. Kalau<br />keadaanya seperti ini<br />maka menikahi<br />perempuan-perempuan<br />kafir hukumnya menjadi<br />haram. Karena<br />menimbulkan kerusakan-<br />kerusakan. Ringkasnya<br />syari ’at tidak<br />menganjurkan utk<br />menikah dgn selain<br />muslimah. Bahkan<br />menganjurkan untutk<br />menikahi muslimah dalam<br />segala keadaan. Sebab<br />dia itu lbh memenuhi<br />hak-hak suami dan lbh<br />menjaga terhadap anak-<br />anaknya sebagaimana<br />firman Allah Ta ’ala :{ Dan<br />janganlah kamu menikahi<br />wanita-wanita musyrik<br />sebelum mereka beriman.<br />Sesungguhnya wanita<br />budak yg mukmin lbh<br />balk dari wanita musrik<br />walaupun dia menarik<br />perhatianmu ’} AI-<br />Baqarah : 221Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-34350661386799878382010-12-23T16:04:00.000-08:002010-12-23T16:06:05.098-08:00SAKIT HATI KARNA SERING DI OMELIN ORANG TUASejelek apapun<br />sipat orang tua , meraka<br />yang membesarkan kita ,<br />dan mendidik kita. kalau<br />menurut saya saya selaku<br />anak tetap menghormati<br />orang tua, dan sayang<br />pada orang tua. dan kita<br />harus hilangkan sakit hati<br />pada orang tua. kita tak<br />akan bisa membalas jasa<br />orang tua kita walaupun<br />orang tua kita , kita<br />gendong ke penjuru<br />dunia.bersabarlah<br />insyaAlloh anda akan<br />mendapat keberkahan,<br />dan hormatilah orang tua<br />anda,Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-4344677172793150552010-12-23T15:51:00.000-08:002010-12-23T15:53:33.897-08:00APAKAH NIKAH KAKAK ADIK SEPERTI ZAMAN NABI ADAM MASIH BERLAKU.??saat ini sariat zaman nabi<br />adam sudah tidak berlaku<br />lagi. karna berbeda pada<br />saat itu manusia masih<br />sedikit. dan yang<br />sekarang berlaku adalah<br />syariat Nabi Muhammad<br />SAW.sesuai tuntunan<br />Nabi Muhamamad.<br />Agama Buddha lahir di<br />negara India, lebih<br />tepatnya lagi di wilayah<br />Nepal sekarang, sebagai<br />reaksi terhadap agama<br />Brahmanisme. Sejarah<br />agama Buddha mulai dari<br />abad ke-6 SM Jadi tidak<br />yang tertua . syaritat<br />Musa, daud Lebih tua.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-17545234927068604542010-12-20T07:02:00.000-08:002010-12-20T07:06:33.560-08:00SUAMI LEBIH MEMENTINGKAN MENAFKAHI ORANG TUANYA SENDIRIhukum menafkahi istri<br />adalah wajib,dan apabila<br />tidak dinafkahi jadi<br />hutang pada istri. sedang<br />hukum menafkahi orang<br />tua adalah wajib jika<br />orang tua tidak<br />mampu.dan apabila tak<br />dinafkahi hanya berdosa<br />dan tidak menjadi<br />hutang.<br />Saran saya diskusikan<br />semua hal yang<br />menyangkut keuangan ini<br />dengan suami, karena<br />keuangan memang hal<br />yang sangat sensitif<br />dalam keluarga.<br />Termasuk dalam<br />menyisihkan rizki kepada<br />mertua ibu, sepakati<br />bersama suami uang yang<br />dapat diberikan dan<br />katakan dengan baik<br />sejumlah itulah yang<br />dapat diberikan kepada<br />orang tua sementara ini.<br />Jadi suami ibu tidak selalu<br />harus menuruti tuntutan<br />orang tuanya jika<br />berlebihan, namun<br />bersikap bijaklah dalm<br />menyikapinya. Yang<br />menentukan jumlah uang<br />yang sanggup diberikan<br />adalah suami dan ibu,<br />alasannya karena ibu dan<br />suami yang tahu<br />kebutuhan hidup<br />keluarga yang sedang<br />dibangun serta<br />kemampuan ibu dan<br />suami untuk memberi<br />kepada orang tua.<br />Jika mereka bersikap<br />kurang baik atas sikap<br />ibu dan suami maka<br />bersabarlah dan tetap<br />tunjukkan sikap bakti dan<br />menjaga silaturahmi.<br />Semoga kesabaran ibu<br />dalam menyikapi sikap<br />mertua dan keluarga<br />suami yang kurang<br />menyenangkan tersebut<br />dinilai Allah sebagai amal<br />saleh. Jadi bu, diskusikan<br />segala sesuatu bersama<br />suami sehingga tak<br />terjadi salah paham yang<br />dapat mengganggu<br />keharmonisan hubungan<br />suami-isteri.<br />Wallahu ’alambishshawab.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-37591580376999319202010-12-14T05:41:00.000-08:002010-12-14T05:43:40.202-08:00APAKAH ISTRI AKAN BERTEMU DG SUAMI DI AKHIRAT.??Al-Qur’an mengajarkan<br />bahwa hubungan antar manusia di<br />akherat kelak berbeda dengan apa<br />yang ada di dunia ini : [23 :101 ]<br />Apabila sangkakala ditiup maka<br />tidaklah ada lagi pertalian nasab di<br />antara mereka pada hari itu, dan<br />tidak ada pula mereka saling<br />bertanya. Di dunia ini kita harus<br />menjalani kehidupan dengan ikatan<br />yang saling kait-berkait dengan<br />individu lainnya, kita terlahir dari<br />rahim seorang ibu yang<br />mengandung karena dibuahi oleh<br />seorang ayah, maka otomatis kita<br />sudah terlahir mempunyai orang-<br />tua, lalu dari hubungan anak dan<br />orang-tua tersebut muncul hak dan<br />kewajiban yang ditetapkan oleh<br />ajaran agama. Demikian pula ketika<br />kita beranjak dewasa dan sudah<br />cukup umur, kita lalu menikah,<br />maka hubungan pernikahan<br />tersebut membuat kita terkait<br />dengan individu lain yang juga<br />memunculkan adanya hak dan<br />kewajiban yang diatur oleh ajaran<br />agama. Hubungan tersebut<br />diciptakan Tuhan dengan dibungkus<br />oleh perasaan : antara cinta dan<br />benci, terpaksa dan sukarela, suka<br />dan tidak suka, semuanya<br />berproses silih berganti yang<br />menjadi dasar adanya dinamika<br />peradaban manusia. Lalu disaat<br />Tuhan membangkitkan semua<br />manusia diakherat untuk diminta<br />pertanggung-jawabannya terhadap<br />apa yang dilakukan mereka<br />sehubungan dengan hak dan<br />kewajiban dunia tersebut, maka<br />semua ikatan termasuk perasaan<br />yang melandasinya akan dihapus.<br />Jangan anda kira ketika anda sebagai<br />seorang ayah/ibu yang sedang<br />dituntut atas segala perbuatan anda<br />di dunia, lalu anak- anak anda akan<br />melakukan pembelaan karena ‘tidak<br />tega’ melihat anda diadili, demikian<br />pula sebaliknya. Semua individu<br />akan mempertanggung-jawabkan<br />diri mereka sendiri : [6 :94 ] Dan<br />sesungguhnya kamu datang kepada<br />Kami sendiri-sendiri sebagaimana<br />kamu Kami ciptakan pada mulanya,<br />dan kamu tinggalkan di belakangmu<br />(di dunia) apa yang telah Kami<br />karuniakan kepadamu; dan Kami<br />tiada melihat besertamu pemberi<br />syafa'at yang kamu anggap bahwa<br />mereka itu sekutu- sekutu Tuhan di<br />antara kamu. Sungguh telah<br />terputuslah ( pertalian) antara kamu<br />dan telah lenyap daripada kamu apa<br />yang dahulu kamu anggap (sebagai<br />sekutu Allah). Bukan cuma manusia<br />lain yang dulunya punya hubungan<br />nasab dengan kita, bahkan sesuatu<br />yang kita jadikan sandaran kita di<br />dunia juga tidak bisa berbuat apa-<br />apa, sandaran tersebut bisa<br />berbentuk : Tuhan yang lain, atasan,<br />penguasa, guru, kiyai, pendeta, dll,<br />semuanya menghadap Allah<br />mengurus diri sendiri. Bahkan bisa<br />saja terjadi, seorang anak yang di<br />dunia telah kita terlantarkan, atau<br />seorang istri yang tidak pernah kita<br />didik untuk patuh dan taat kepada<br />Allah, bersaksi terhadap segala<br />kezaliman kita tersebut, dan<br />kesaksian mereka akan menyeret<br />kita masuk neraka. [16 :111 ]<br />(Ingatlah) suatu hari ( ketika) tiap-tiap<br />diri datang untuk membela dirinya<br />sendiri dan bagi tiap-tiap diri<br />disempurnakan ( balasan) apa yang<br />telah dikerjakannya, sedangkan<br />mereka tidak dianiaya (dirugikan).<br />Bagaimanakan cara kita<br />menggambarkan perasaan dan<br />ikatan kita satu sama lain nantinya di<br />akherat..?? apakah kita bisa<br />membayangkan perasaan kita<br />terhadap anak kita yang saat ini kita<br />sayangi, atau suami/istri yang kita<br />kasihi, ketika nanti dikaherat semua<br />perasaan tersebut sudah<br />dihapus..??. Sebenarnya apa yang<br />diinformasikan oleh Al-Qur ’an ini<br />bisa kita jelaskan melalui akal sehat<br />kita. Kalaulah perasaan yang<br />melandasi hubungan kita satu sama<br />lain di dunia masih berlaku di<br />akherat kelak, maka seorang ayah/<br />ibu yang masuk surga tidak akan<br />merasa nyaman dan tenteram<br />disana ketika ternyata anaknya<br />bernasib sial masuk neraka,<br />demikian pula sebaliknya,<br />bagaimana mungkin seorang istri<br />yang sangat mencintai suaminya ‘<br />sampai ke pojok surga’ bisa hidup<br />bahagia ketika mengetahui ternyata<br />si suami yang didambakan<br />dijebloskan di neraka..? ?. Maka<br />keputusan Allah untuk<br />menghilangkan hubungan nasab<br />dan perasaan yang melandasinya di<br />akherat tersebut merupakan suatu<br />keniscayaan dan bisa diterima akal<br />sehat kita, karena memang<br />demikianlah seharusnya. Allah<br />menjelaskan bagaimana perasaan<br />manusia nanti di surga : [7 :43 ] Dan<br />Kami cabut segala macam dendam<br />yang berada di dalam dada mereka;<br />[15 :47 ] Dan Kami lenyapkan segala<br />rasa dendam yang berada dalam<br />hati mereka, sedang mereka merasa<br />bersaudara duduk berhadap-<br />hadapan di atas dipan- dipan. Tidak<br />ada lagi perasaan tersinggung,<br />cemburu, sakit hati terhadap<br />perilaku penghuni surga yang lain.<br />Al-Qur ’an menyuruh kita untuk<br />berpikir soal ini dengan cara<br />memperbandingkannya dengan<br />kehidupan kita di dunia : [56 :60 ]<br />Kami telah menentukan kematian di<br />antara kamu dan Kami sekali-sekali<br />tidak akan dapat dikalahkan, [56 :61 ]<br />untuk menggantikan kamu dengan<br />orang- orang yang seperti kamu<br />(dalam dunia) dan menciptakan<br />kamu kelak (di akhirat) dalam<br />keadaan yang tidak kamu ketahui.<br />[56 :62 ] Dan Sesungguhnya kamu<br />telah mengetahui penciptaan yang<br />pertama, maka mengapakah kamu<br />tidak mengambil pelajaran (untuk<br />penciptaan yang kedua)? Ayat<br />tersebut menginformasikan bahwa<br />bagaimana persisnya keadaan kita di<br />akherat kelak merupakan suatu yang<br />tidak bisa kita bayangkan karena<br />belum pernah ada bandingannya di<br />dunia ini. Ibarat kita menyodorkan<br />kalkulator kepada masyarakat<br />primitif, mereka tentu saja punya<br />alat untuk melakukan penghitungan<br />seperti batu dan ranting kayu, lalu<br />ketika diberikan kalkulator untuk<br />melakukan penghitungan, maka<br />pastilah mereka akan kebingungan<br />karena buat kaum primitif, kalkulator<br />merupakan benda ‘yang tidak<br />pernah terbayangkan’ sebelumnya,<br />sekalipun kalkulator merupakan<br />penyempurnaan dari sarana<br />berhitung yang ada pada mereka.<br />Demikian juga dengan manusia,<br />saat ini kita punya tubuh dan<br />pranata/sistem yang kita kenal<br />dalam menjalani kehidupan, apakah<br />kita mampu membayangkan<br />bagaimana persisnya bentuk tubuh<br />dan sistem kehidupan yang<br />merupakan penyempurnaan dari<br />apa yang kita miliki saat ini..??<br />Namun secara cerdas, ayat Al-<br />Qur ’an tersebut menggiring kita<br />untuk memikirkannya, ketika Allah<br />menyatakan ‘Dan Sesungguhnya<br />kamu telah mengetahui penciptaan<br />yang pertama, maka mengapakah<br />kamu tidak mengambil pelajaran ’,<br />artinya Allah menyuruh kita untuk<br />melihat perumpamaannya. Kita bisa<br />membayangkan kalau seandainya<br />kita dilahirkan kembali ke dunia,<br />memulai lagi proses kelahiran dari<br />rahim seorang wanita, lahir,<br />menjadi bayi dan tumbuh dewasa,<br />apakah kita akan berusaha<br />mengulangi kembali kehidupan kita<br />yang dahulu..?? apakah kita akan<br />mencari-cari istri yang kita cintai<br />pada kehidupan terdahulu..?? apakah<br />kita akan berusaha kembali<br />mengumpulkan anak-anak yang kita<br />sayangi dulu.. ?? Apakah kita akan<br />'dibakar api cemburu' ketika tahu<br />istri kita dahulu yang telah menitis<br />kepada sosok yang lain ternyata<br />menemukan jodohnya yang lain<br />pula, atau marah-marah melihat<br />anak kita di kehidupan terdahulu<br />ternyata menitis menjadi anak orang<br />lain..?? Anda juga bisa memakai<br />perumpamaan ini untuk periode<br />sebaliknya, jika kehidupan anda saat<br />ini adalah titisan dari hidup anda<br />sebelumnya, apakah saat ini anda<br />sedang mencari-cari dimana istri<br />anda dulu..?? atau berusaha<br />menemukan ayah-ibu anda<br />dahulu..?? Tanya Jawab Masalah<br />Islam jam 18 49 kemarin Tentu<br />saja tidak demikian, kita akan<br />berproses sesuai jalur kehidupan<br />yang sudah ditentukan, mencari<br />jodoh sesuai takdir kita, melahirkan<br />anak yang berbeda. Demikianlah<br />desain hidup kita dahulu, maka itu<br />juga yang berlaku bagi kita pada<br />kehidupan selanjutnya. Perintah<br />untuk berpikir melalui<br />perumpamaan tersebut sebenarnya<br />sudah bisa memberikan gambaran<br />bagaimana nantinya kita di akherat<br />terkait hubungan antara manusia,<br />bahwa kita akan menjalani<br />kehidupan yang baru sebagai<br />bentuk penyempurnaan kehidupan<br />kita di dunia.. jangan khawatir<br />terhadap suami anda nantinya,<br />apakah masih bersama anda atau<br />sudah ‘dibajak’ oleh para bidadari.<br />Yang sebaiknya anda lakukan adalah<br />mendo ’akan suami dan anak-anak<br />agar mereka selalu dilindungi Allah<br />dan mendapat kebaikan kelak di<br />akherat, memastikan apakah suami<br />dan anak-anak selalu bisa<br />menjalankan apa yang diperintah<br />oleh Allah, disamping tetap<br />berusaha untuk memperbaiki diri<br />terus-menerus, menjadi istri yang<br />salehah. Suami dan keluarga adalah<br />sarana anda untuk berbakti kepada<br />Allah, menjadi ‘medan tempur’ yang<br />bisa anda manfaatkan untuk meraup<br />pahala sebanyak- banyaknya.<br />Mencintai suami sepenuh jiwa dan<br />raga tentu saja merupakan sikap<br />yang mulia, namun hal tersebut<br />tetap harus dikaitkan dengan<br />kecintaan anda kepada Allah semata.<br />Bagi netters Kristen yang sinis dan<br />dengki, mudah-mudahan tulisan ini<br />bisa menjawab dan menghapus<br />penyakit yang ada dalam hati anda<br />dalam melihat kebenaran dan<br />keagungan ajaran Islam, bahwa<br />pertanyaan yang selama ini anda<br />ajukan, hanya datang dari kebekuan<br />hati sehingga tidak mampu lagi<br />menuntun pikiran anda melihat<br />persoalan secara jernih. Bagaimana<br />Keadaan Seorang Istri di Surga<br />Adapun jika seorang wanita<br />meninggal sebelum dia sempat<br />menikah dengan seorang laki-laki<br />maka Allah lah yang menikahkannya<br />kelak di surga dengan seorang lelaki<br />dunia, sebagaimana sabda<br />Rasulullah saw, ”Tidaklah ada di<br />surga seorang bujang.” (HR.<br />Muslim). Syeikh Ibnu Utsaimin<br />mengatakan bahwa jika seorang<br />wanita belum menikah di dunia<br />maka Allah swt yang<br />menikahkannya dengan seseorang<br />yang menyedapkan pandangan<br />matanya di surga. Kenikmatan di<br />surga tidaklah terbatas untuk kaum<br />laki-laki akan tetapi untuk kaum laki-<br />laki dan wanita dan diantara<br />kenikmatan itu adalah pernikahan.<br />Demikian halnya dengan seorang<br />wanita yang meninggal dalam<br />keadaan sudah dicerai. Demikian<br />pula terhadap seorang wanita yang<br />suaminya tidak masuk surga,<br />Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan<br />bahwa seorang wanita yang masuk<br />surga dan belum menikah atau<br />suaminya tidak termasuk kedalam<br />ahli surga maka jika wanita itu<br />masuk surga dan di surga terdapat<br />lelaki dunia yang belum menikah<br />maka seorang dari merekalah yang<br />menikahinya. Adapun seorang<br />wanita yang meninggal setelah<br />menikah dan dia termasuk ahli<br />surga maka di surga dia akan<br />bersama suaminya yang<br />menikahinya saat meninggalnya.<br />Adapun seorang wanita yang<br />ditinggal suaminya terlebih dahulu<br />kemudian ia tidak menikah lagi<br />setelahnya hingga dia meninggal<br />dunia maka wanita itu akan menjadi<br />istrinya di surga. Adapun seorang<br />wanita yang ditinggal suaminya<br />terlebih dahulu kemudian ia menikah<br />lagi setelah itu maka wanita itu<br />menjadi istri bagi suaminya yang<br />terakhir walaupun wanita itu pernah<br />menikah dengan beberapa laki-laki,<br />sebagaimana sabda Rasulullah saw,<br />” Seorang istri untuk suaminya yang<br />terakhir.” (Silsilatu al Ahadits ash<br />Shahihah Lil Albani) dan perkataan<br />Hudzaifah kepada istrinya, ”Jika<br />engkau mau menjadi istriku di surga<br />maka janganlah engkau menikah<br />sepeninggalku. Sesungguhnya<br />seorang istri di surga adalah untuk<br />suaminya yang terakhir di dunia.<br />Karena itu Allah swt mengharamkan<br />istri-istri Nabi untuk kmenikah<br />sepeninggal beliau saw karena<br />mereka adalah istri- istrinya saw di<br />surga. ”Unknownnoreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-68238779851813922662010-12-14T04:22:00.001-08:002010-12-14T04:22:39.452-08:00bag.II BOLEHKAH MENIKAHKAN WANITA HAMIL SEBAB ZINA.??Para ulama berbeda<br />pendapat dalam masalah ini :<br />Pendapat Pertama : Haram<br />hukumnya menikah dengan<br />perempuan yang hamil karena<br />perzinaan, baik yang menikahi<br />adalah orang yang berzina<br />dengannya, maupun orang yang<br />tidak berzina dengannya Ini adalah<br />pendapat madzhab Maliki dan<br />madzhab Hambali. (Ibnu Qudamah,<br />Al-Mughni : 6 / 601-604 , Ibnu<br />Taimiyah, Majmu ’ Al Fatawa : 32 /<br />109-110 ) Mereka berdalil dengan<br />hadist Abu Sa ’id Al Khudri ra<br />bahwasanya Rasulullah saw<br />bersabda : “ Perempuan hamil tidak<br />boleh disetubuhi sampai dia<br />melahirkan, sedangkan perempuan<br />yang tidak hamil tidak boleh<br />disetubuhi sampai dia berhaidh satu<br />kali. “ ( HR Abu Daud no : 2159 ,<br />Ahmad no : 11911 , Darimi, no :<br />2350 , Hakim no : 2790 , Baihaqi,<br />no : 11105 , Hadist ini dihasankan<br />oleh Ibnu Abdul Barr di dalam At-<br />Tamhid : 3 143 , dan Ibnu Hajar di<br />dalam Talkhis al Habir : 1 / 275 , dan<br />dihasankan oleh Syekh AlBani di<br />dalam Shahih Al Jami no : 7479 ) Hal<br />ini dikuatkan dengan hadist Hadits<br />Abu Ad-Darda` ra, bahwasanya<br />Rasulullah saw pernah mendatangi<br />seorang budak perempuan yang<br />hampir melahirkan di pintu<br />Pusthath. Beliau bersabda :<br />Barangkali pemiliknya ingin<br />menggaulinya ?. (ParaSungguh saya<br />telah berkehendak untuk<br />melaknatnya dengan laknat yang<br />dibawa ke kuburnya. Bagaimana ia<br />mewarisinya sedangkan itu tidak<br />halal baginya dan bagaimana ia<br />memperbudakkannya sedang ia<br />tidak halal baginya. sahabat)<br />menjawab : Benar. Maka Rasulullah<br />saw bersabda : ( HR Muslim ) Begitu<br />juga, mereka berdalil dengan hadist<br />yang diriwayatkan oleh Sa ’ id bin<br />Musayyib : “ Bahwasanya seseorang<br />menikah dengan perempuan, ketika<br />digaulinya ternyata perempuan<br />tersebut sudah hamil, kemudian hal<br />itu dilaporkan kepada Rasulullah<br />saw, dan beliau langsung<br />menceraikan keduanya. “ Pendapat<br />Kedua : Menikah dengan perempuan<br />yang hamil dari perzinaan<br />hukumnya boleh, baik yang<br />menikahi adalah orang yang berzina<br />dengannya, maupun orang yang<br />tidak berzina dengannya. Ini adalah<br />pendapat madzhab Hanafi, yaitu<br />pendapat Abu Hanifah dan<br />Muhammad al Hasan ( Al<br />Marghinani, Al Hidayah : 1 / 194 , Al<br />Kasani, Bada ’I As Shonai’: 2/269) dan<br />pendapat madzhab Syafi’I. ( Yahya<br />al Imrani, Al- Bayan : 9 /270- 271 ,<br />Al-Khatib As Syarbini, Mughni al-<br />Muhtaj : 3 / 187 , Mujib Muthi ’I,<br />Takmilah Al Majmu’ : 16/ 220, 221 )<br />Mereka beralasan bahwa air mani<br />hasil perzinaan itu tidak ada<br />harganya dalam pandangan Islam,<br />buktinya bahwa nasabnya tidak<br />diakui. Ini sesuai dengan hadist<br />Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah<br />saw bersabda : “ Anak ( hasil<br />perzinaan itu ) untuk perempuan<br />yang mempunyai ikatan pernikahan<br />dan bagi laki-laki pezina adalah tidak<br />mendapatkan apa-apa “( HR Bukhari<br />no : 2533 ) Oleh karenanya,<br />berdasarkan hadist di atas menurut<br />madzhab Syafi ’I, orang yang<br />berzina itu tidak mempunyai ‘iddah<br />sama sekali, sehingga seorang laki-<br />laki boleh menikah dengannya dan<br />menggaulinya tanpa harus<br />menunggu perempuan tersebut<br />melahirkan. Adapun menurut Abu<br />Hanifah dan Muhammad al Hasan,<br />jika yang menikahi adalah laki-laki<br />yang tidak berzina dengan<br />perempuan tersebut, maka dia tidak<br />boleh menggauli perempuan<br />tersebut sampai dia melahirkan.<br />Alasan mereka adalah hadist Abu<br />Sa’id Al Khudri ra di atas<br />bahwasanya Rasulullah saw<br />bersabda : “ Perempuan hamil tidak<br />boleh disetubuhi sampai dia<br />melahirkan, sedangkan perempuan<br />yang tidak hamil tidak boleh<br />disetubuhi sampai dia berhaidh satu<br />kali. “ Begitu juga hadist Ruwaifi’ bin<br />Ats Tsabit Al Anshari di atas<br />bahwasanya Rasulullah saw<br />bersabda : “ Tidak dihalalkan bagi<br />seseorang yang beriman kepada<br />Allah dan hari akhir untuk<br />menuangkan airnya di dalam<br />tanaman orang lain dan tidak<br />dibolehkan bagi seseorang yang<br />beriman kepada Allah dan hari akhir<br />untuk menggauli seorang tawanan<br />perempuan sampai dia<br />membersihkan rahimnya “ Namun<br />jika yang menikahi perempuan<br />tersebut adalah laki- laki yang<br />berzina dengannya ( yaitu yang<br />menghamilinya ), maka suaminya<br />boleh menggauli istrinya tersebut<br />walaupun dalam keadaan hamil. Ini<br />juga pendapat Abu Yusuf dari<br />madzhab Hanafi. Alasannya bahwa<br />yang ada di dalam rahim<br />perempuan tersebut adalah air<br />maninya sendiri dan merupakan<br />tanamannya sendiri sehingga dia<br />boleh menggaulinya walaupun<br />dalam keadaan hamil, dan hal ini<br />tidak bertentangan dengan hadist<br />yang melarang untuk menuangkan<br />air mani dalam tanaman orang lain,<br />sebagaimana yang disebut di atas.<br />Ringkasnya : bahwa jika ada<br />seorang laki-laki dan perempuan<br />berzina kemudian mereka berdua<br />sepakat untuk menikah ketika<br />diketahui bahwa perempuan<br />tersebut hamil dari perzinaan<br />tersebut, maka status<br />pernikahannya tidak sah menurut<br />madzhab Maliki dan Hambali, dan<br />sah menurut madzhab Hanafi dan<br />Syafi ’i. Wallahu A’lamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-5477731915549672302010-12-13T06:17:00.000-08:002010-12-13T06:20:37.562-08:00APA SAJA YG HARUS DI SIAPKAN CALON PENGANTIN AGAR JADI KELUARGA SAKINAH.??yang terpenting<br />calon suami agar dapat<br />mengajarkan sang istri<br />dan membimbing dalam<br />hal kebaikan, jikalu calon<br />istri belum banyak<br />mengetahui soal agama,<br />ajarilah. jika kita tak<br />mampu untuk mengajari<br />datangi Ustaz untuk<br />mengajar, atau biarkan<br />sang istri ke majlis<br />Taqlim. wallohualam<br />24 Oktober jam 6:02 · Suka<br />Baliel Bersoejoed<br />(1) Maaf, guru... Saya<br />orang yang masih awam<br />dengan agama...<br />Klo dengan modal atau<br />harta bagemana...?<br />(2) Oh ea, guru...<br />Klo menikahi wanita yang<br />tak terlalu shaleha,<br />misal_na shalat_na masih<br />banyak yang bolong,<br />belum berjilbab, dll.<br />Apakah mungkin dengan<br />si suami_na<br />membimbing_na dengan<br />benar, si wanita itu akan<br />menjadi shaleha...?<br />Atau apakah harus<br />mencari calon istri yang<br />kelihatan/nampak<br />shaleha, kalo mau<br />mempunyai istri yang<br />shaleha...?<br />Terima kasih, guru...!<br />26 Oktober jam 12:03 · Suka<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam kalau istrinya<br />kurang solehah, itu<br />tanggung jawab suami<br />untuk mengajarkannya.<br />kalau suami tak mampu<br />mengajarkankan , suruh<br />istri tersebut belajar di<br />majlis taklim. kalau mau<br />cari yang sholehah tak<br />apa2 juga.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-27146595355260558742010-12-13T05:04:00.000-08:002010-12-13T05:06:14.259-08:00AMALAN APA AGAR ANAK JADI CERDAS.??ass. pak<br />ustad kami mau tanya...<br />doa dan sholawat apa yg<br />baik untuk kami, agar<br />anak2 kami bisa lancar<br />sekolahnya. supaya<br />mudah mengerti dan<br />paham. karena kami<br />punya anak yg lemah.<br />saya pernah membaca<br />asmaul husna yg<br />menyebutkan kalau<br />bacaan ditulis berapa<br />kali, lalu di minumkan pd<br />anak tsb bisa membantu<br />anak menjadi pinter. mks<br />penjelasannnya.<br />30 Oktober jam 23:53 · Suka<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam waalaikum<br />salam,wr,wb<br />banyak strategi untuk<br />mencetak anak-anak<br />cerdas. Misalnya teknik<br />cara mengingat, bisa<br />diajarkan dalam 5-10<br />menit saja.<br />Teknik cara menghafal,<br />bahkan saya sering<br />mengajarkan anak-anak<br />sekolah cara<br />“ menyontek” yang aman<br />… Tentunya bukan<br />dengan “kepekan”, tapi<br />dengan menghafal buku<br />secara imajiner. Dan,<br />saat ujian, mereka hanya<br />perlu membuka buku di<br />halaman tertentu yang<br />sesuai dengan jawaban<br />dari soal, persis seperti<br />membuka buku, namun<br />secara imajiner. Seakan-<br />akan ada buku di<br />depannya. Asyik, bukan?<br />Idenya sederhana, dari<br />memodel MIND MAP-nya<br />Bapak Tony Buzan yang<br />saya kembangkan sendiri.<br />Banyak sekali teknik<br />untuk melatih anak<br />menjadi cerdas, namun<br />melatih anak menjadi<br />cerdik, tentu tidak<br />mungkin dengan<br />membaca buku. Gimana<br />caranya?<br />Dilatih dengan tantangan<br />ditantang agar otaknya<br />mendapat stimulus,<br />rangsangan, sehingga<br />otak mereka akan terus<br />aktif merespon, membuat<br />respon baru, memilih<br />respon, mencari ide baru,<br />mencari solusi baru dan<br />sebagainya. Nah,<br />bagaimana membuat<br />tantangan? berikut ini<br />beberapa ide.<br />1. Tantangan yang<br />menekan Misalnya<br />melakukan atau<br />mengerjakan sebuah<br />kegiatan yang dibatasi<br />oleh waktu yang sempit.<br />Buat tantangannya dari<br />waktu yang lebih longgar<br />dulu, lalu terus<br />tingkatkan tekanannya<br />ke waktu yang sangat<br />ketat. Amati responnya,<br />bagaimana si anak<br />merespon saat tertekan,<br />saat stres, apakah dia<br />bisa tetap tenang,<br />apakah dia menyerah,<br />apakah dia memiliki daya<br />tahan baik saat ditekan?<br />Bentuk kegiatan, bisa<br />olah raga, permainan<br />atau yang lainnya. Belajar<br />di keramaian, saat dia<br />belajar, Anda putar musik<br />yang keras dan<br />sebagainya.<br />2. Tantangan yang<br />membosankan<br />Rancanglah secara<br />sengaja sebuah situasi<br />yang menimbulkan<br />kebosanan, kebingungan,<br />gak tahu mesti ngapain,<br />lalu amati apa yang<br />dilakukan si anak saat<br />mengalami hal tersebut.<br />Ada idenya? Bagaimana<br />responnya dengan situasi<br />yang monoton?Ciptakan<br />tantangan-tantangan<br />lainnya, yang baru, yang<br />unik, yang disesuaikan<br />dengan kondisi situasi<br />saat ini, saat main<br />internet, listrik<br />dipadamkan, apa<br />responnya? Kalo dia<br />teriak minta dinyalakan,<br />coba lakukan saat Anda<br />berada diluar rumah, apa<br />responnya?Jika tidur<br />selalu menggunakan AC,<br />sekali-sekali dimatikan<br />(dirusak secara sengaja)<br />dan amati apa<br />responnya? Masih banyak<br />sekali ide lainnya,<br />silahkan Anda<br />kembangkan sendiri.<br />Yang paling penting<br />adalah…<br />Anak manusia tuh<br />Canggih Ingat, mindset<br />dasarnya adalah si anak<br />bisa dilatih untuk<br />menyikapi, mengatasi<br />situasi apapun. Karena<br />anak manusia sangatlah<br />adaptif. Semakin si anak<br />fleksibel dalam sebuah<br />situasi yang berubah-<br />rubah, maka si anak<br />dapat dikatakan sebagai<br />anak cerdik. Latihlah<br />dengan memberikan<br />tantangan-tantangan<br />yang melingkupi aspek-<br />aspek: Penglihatan<br />(Visual). Pendengaran<br />(Audiotori), Perasaan<br />(kinestetik: indra<br />peraba), Penciuman dan<br />Pengecapan. Berikan<br />tantangan seperti<br />mereka bermain GAME<br />yang levelnya terus<br />meningkat, dari mudah<br />ke sulit, bahkan sangat<br />sulit. Lalu, apa kunci<br />sukses dari sebuah<br />tantangan?<br />Cinta adalah Kunci<br />Terpenting! Amati betul,<br />bagaimana situasi emosi<br />si anak saat itu, sebelum<br />tantangan diberikan.<br />Jangan sampai salah<br />strategi. Si Anak sedang<br />sakit, sedang down, Anda<br />teriak-teriak. Hasilnya<br />bisa baik, bisa juga buruk.<br />Juga, ada baiknya<br />Andapun menguasai<br />teknik-teknik untuk<br />recovery mental, jika<br />terjadi sesuatu yang<br />membuat anak tersebut<br />kaget banget atau shock<br />Yang mana cara yang<br />paling tepat? Cara yang<br />paling baik? Cara yang<br />paling benar?Tidak tahu,<br />yakini saja selama Anda<br />memang secara sengaja<br />merancang dan ingin<br />melatih anak Anda<br />dengan NIAT TULUS,<br />dengan CINTA, dengan<br />SAYANG, yakinlah hasinya<br />akan BAIK juga. Yakinlah<br />TUHAN akan merestui<br />NIAT TULUS Anda<br />terhadap manusia kecil<br />titipanNYA ini. Teknik<br />dan Cara akan menyusul<br />dengan sendirinya.<br />Sembilan Tips Mendidik<br />Anak Taat Syariah<br />1. Tumbuhkan kecintaan<br />pertama dan utama<br />kepada Allah.<br />2. Ajak anak Anda<br />mengidolakan pribadi<br />Rasulullah.<br />3. Ajak anak Anda<br />terbiasa menghapal,<br />membaca, dan<br />memahami al-Quran.<br />4. Tanamkan kebiasaan<br />beramal untuk meraih<br />surga dan kasih sayang<br />Allah.<br />5. Siapkan reward<br />(penghargaan) dan sanksi<br />yang mendidik untuk<br />amal baik dan amal<br />buruknya.<br />6. Yang terpenting, Anda<br />menjadi teladan dalam<br />beribadah dan beramal<br />salih.<br />7. Ajarkan secara<br />bertahap hukum-hukum<br />syariah sebelum usia<br />balig.<br />8. Ramaikan rumah,<br />mushola, dan masjid di<br />lingkungan Anda dengan<br />kajian Islam, dimana<br />Anda dan anak Anda<br />berperan aktif.<br />9. Ajarkan anak<br />bertanggung jawab<br />terhadap kewajiban-<br />kewajiban untuk dirinya,<br />keluarganya,<br />lingkungannya, dan<br />dakwah Islam<br />do'akan terus anaka ada<br />selesai sholat lima waktu.<br />insyaalloh Makbul.<br />wallohu'alam<br />31 Oktober jam 9:17 · Suka<br />Nur Setyadi terima kasih<br />ustad atas<br />penjelasannya....yg<br />sangat bermanfaat. lain<br />dr usaha di atas, bacaan<br />doa apa yg bisa<br />membantu anak untuk<br />mudah mengerti. kami<br />sbg orang tua sdh<br />berusaha, ikut les ,<br />berdoa, puasa senin<br />kamis , sholat mlm.<br />terima kasih pak ustad<br />atas bantuannya..<br />31 Oktober jam 12:33 · Suka<br />Tanya Jawab Masalah<br />Islam bbacalah surah<br />alfatihah didalam air satu<br />gelas niatkan untuk anak<br />anda, lalu berdo'a pada<br />Alloh.SwT.Lalu minumkan<br />untuk anak anda. lakukan<br />ini sesering mungkin.<br />insyaAlloh.menjadi pintar.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-42804714216057161792010-12-12T06:22:00.000-08:002010-12-12T06:25:57.578-08:00BAGAIMANA KETIKA PACAR MENUNTUT KAWIN.??TANYA:<br />assalamualaikum...saya mau tanya<br />pak ustadz,.. sy dekat dng<br />wanita..tp di larang u/ menikah sm<br />orang tua/ tidak setuju...dng wanita<br />itu tetapi wanita ini menuntut dan<br />mengancam kalo sy harus tngg jwb<br />( menikahinya ),.karena sudah<br />terbilang lama berpacaran...sy pun<br />mendapati ternyata sifatnya susah<br />u/ di kontrol/ sering<br />membantah...sy bingung antara<br />orang tua..atau dia...terima kasih<br />banyak.. <br /><br />JAWAB:<br /> waalaikum salam,<br />wr, wb. kalau memang menurut<br />anda kurang baik sipat wanitanya,<br />dan sulit mengaturnya. dan anda<br />tidak bisa mendidiknya, ini bisa<br />berakibat patal dalam rumah<br />tangga. orang tua anda mungkin<br />mempunyai pandangan lain<br />terhadap pacar saran saya turuti<br />orang tua anda. karna anada<br />belum terikat pernikahan dengan<br />pacar anda. tak ada yang bisa<br />dituntut.seumpanya anda pernah<br />berbuat kurang baik baik pada<br />pacar anda. jangan ceritakan<br />kepada siapapun termasuk pada<br />saya. wallohu'alam.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-61418743584275173252010-12-12T03:04:00.000-08:002010-12-12T03:07:39.797-08:00BAGAIMANA HUKUM SUAMI YG BERONANI.??Barang siapa<br />menghendaki keuntungan<br />di akhirat akan Kami<br />tambahkan keuntungan<br />itu baginya, dan barang<br />siapa menghendaki<br />keberuntungan di dunia<br />Kami berikan kepadanya<br />sebagian darinya<br />(keuntungan di dunia),<br />tetapi dia tidak akan<br />mendapat bagian di<br />akhirat. (Q.S.Asy-<br />Syuuraa : 20) jika orang<br />tua terebut tidak mampu<br />menahan syahwatnya.<br />lebih baik ia bepuasa, dan<br />jika tidak dia lebih baik<br />menikah lagi.dan nisa<br />juga istrinya melakukan<br />hal itu dengan tangan<br />istrinya.bukan tangan<br />sendiri.dan mohon maaf<br />anda jangan<br />bepenpendapat dengan<br />pendapat anda sendiri<br />tanpa memberikn dasar<br />alqur'an atau assunah.<br />karna ini sangat<br />berbahaya.karna urusan<br />agama sudah ada<br />dasar2nya.smuga kita<br />diberi petunjuk oleh<br />Alloh.SWTamiin.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2143648874101841721.post-3644370614300792722010-12-09T22:23:00.000-08:002010-12-09T22:26:47.511-08:00bag.II SEORANG SUAMI MASIHKAH WAJIB MENAFKAHI ORANGTUA SENDIRI.??Di<br />dalam ayat ini Allah<br />Subhanahu wa<br />Ta ’ala berfirman<br />bahwa Rabb (Allah)<br />telah<br />memerintahkan kpd<br />manusia agar tdk<br />beribadah melainkan<br />ha kpd Allah saja.<br />Kemudian hendaklah<br />manusia beruntuk<br />sebaik-baik kpd<br />kedua orang tuanya.<br />Jika salah seorang<br />atau kedua-dua ada<br />di sisi dalam usia<br />lanjut maka jangan<br />katakan kpd kedua<br />perkataan ‘uh’<br />serta tdk boleh<br />membentak<br />keduanya,<br />memukulkan tangan,<br />menghentakkan kaki<br />krn hal itu termasuk<br />durhaka kpd kedua<br />orang tua. Dan<br />katakanlah kpd<br />kedua dgn perkataan<br />yg mulia.<br />Pada ayat ini Allah<br />mengatakan<br />‘ kibara’, kibar<br />atau kibarussin arti<br />berusia lanjut,<br />sedangkan<br />‘ indaka’ berarti<br />pemeliharaan yaitu<br />suatu kalimat yg<br />menggambarkan<br />makna tempat<br />berlindung dan<br />berteduh pada saat<br />masa tua, lemah dan<br />tdk berdaya. Imam<br />Al-Qurthubi dalam<br />tafsir menjelaskan<br />tentang lebih<br />ditekankan beruntuk<br />baik pada kedua<br />orang tua pada usia<br />lanjut krn :<br />Pertama<br />Keadaaan usia lanjut<br />ialah keadaan<br />dimana kedua<br />membutuhkan<br />perlakuan yg lebih<br />baik krn keadaan<br />pada saat itu sangat<br />lemah.<br />Kedua<br />Semakin tua usia<br />orang tua berarti<br />semakin lama orang<br />tua bersama anak.<br />Hal ini dpt<br />menyebabkan ‘Si<br />Anak’ merasa berat<br />sehingga<br />dikhawatirkan akan<br />berkurang beruntuk<br />baiknya, krn segala<br />sesuatu diurusi oleh<br />anak dan keluarlah<br />perkataan ‘ah’<br />atau membentak<br />atau dgn ucapan,<br />“ Orang tua ini<br />menyusahkan”,<br />atau yg lain. Apalagi<br />apabila orang tua<br />sudah pikun, akan<br />memuntuk anak<br />mudah marah atau<br />benci kpdnya. Oleh<br />krn itu Allah<br />Subhanahu wa<br />Ta ’ala berwasiat<br />agar manusia selalu<br />ingat untuk berbakti<br />kpd kedua orang tua.<br />Banyak sekali hadits-<br />hadits yg<br />menyebutkan<br />tentang rugi<br />seseorang yg tdk<br />berbakti kpd kedua<br />orang tua pada<br />waktu orang tua<br />masih berada di sisi<br />kita. Nabi Shallallahu<br />‘ alaihi wa sallam<br />bersabda dalam<br />hadits yg<br />diriwayatkan oleh<br />beberapa sahabat<br />yaitu :<br />“ Arti : Dari Abu<br />Hurairah, dari Nabi<br />Shallallahu ‘alaihi<br />wa sallam beliau<br />bersabda, “Celaka,<br />sekali lagi celaka,<br />dan sekali lagi celaka<br />orang yg mendptkan<br />kedua orang tua<br />berusia lanjut, salah<br />satu atau keduanya,<br />tetapi (dgn itu) dia<br />tdk masuk<br />syurga ” [Hadits<br />Riwayat Muslim<br />2551, Ahmad 2:254,<br />346]<br />Pada umum seorang<br />anak merasa berat<br />dan malas memberi<br />nafkah dan<br />mengurusi kedua<br />orang tua yg masih<br />berusia lanjut.<br />Namun Rasulullah<br />Shallallahu ‘alaihi<br />wa sallam<br />menjelaskan bahwa<br />keberadaan kedua<br />orang tua yg berusia<br />lanjut itu ialah<br />kesempatan paling<br />baik untuk<br />mendptkan pahala<br />dari Allah,<br />dimudahkan rizki dan<br />jembatan emas<br />menuju surga.<br />Karena itu sungguh<br />rugi jika seorang<br />anak menyia-<br />nyiakan kesempatan<br />yg paling berharga ini<br />dgn mengabaikan<br />hak-hak orang tua<br />dan dgn sebab itu dia<br />tdk masuk surga.<br />Jika kita mencoba<br />membandingkan<br />antara berbakti kpd<br />kedua orang tua dgn<br />jalan mengurusi<br />kedua orang tua yg<br />sudah lanjut usia<br />atau bahkan sudah<br />pikun yg berada di<br />sisi kita dgn ketika<br />kedua orang tua kita<br />mengurusi dan<br />mebesarkan serta<br />mendidik kita<br />sewaktu masih kecil,<br />maka berbakti kpd<br />kedua masih<br />terbilang labih<br />ringan. Mungkin kita<br />mengurus ha<br />beberapa tahun saja.<br />Sedangkan mereka<br />mengurus kita<br />membutuhkan<br />waktu lebih dari 10<br />tahun. Dari mulai<br />hamil, hingga<br />dilahirkan kemudian<br />disekolahkan. Kedua<br />orang tua kita<br />memberikan segala<br />yg kita minta<br />mungkin lebih dari 10<br />tahun bahkan sampai<br />25 tahun.<br />Ketika orang tua<br />mengurusi kita, dia<br />mendo ’akan agar si<br />anak hidup dgn baik<br />dan menjadi anak yg<br />shalih, tetapi ketika<br />orang tua ada di sisi<br />kita, di do ’akan<br />supaya cepat<br />meninggal. Bahkan<br />ada di antara mereka<br />yg menyerahkan<br />kedua ke panti<br />jompo. Ini ialah<br />peruntukan dari<br />anak-anak yg<br />durhaka kpd kedua<br />orang tuanya.<br />Bagaimanapun<br />keadaannya,<br />kedudukan mereka<br />tetaplah sebagai<br />orang tua kita,<br />walaupun mereka<br />bodoh, kasar atau<br />bahkan jahat kpd<br />kita. Dialah yg<br />melahirkan dan<br />mengurusi kita,<br />bukan orang lain.<br />Maka kita wajib<br />berbakti kpd kedua<br />bagaimanapun<br />keadaannya. Seandai<br />dia beruntuk syirik<br />atau bid ’ah, kita<br />wajib<br />mendakwahkan kpd<br />dgn baik supaya dia<br />kembali, kita<br />do ’akan supaya<br />mendptkan hidayah<br />dari Allah Subhanahu<br />wa Ta ’ala, bukan<br />diperlakukan dgn tdk<br />baik, beruntuk kasar<br />atau pun yg<br />lainnya.maka wajib<br />hukumnya memberi<br />nafkah orang tua<br />yang sudah tidak<br />mampu.<br />wallohu'alamUnknownnoreply@blogger.com0